Mohon tunggu...
Rini
Rini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Padjadjaran

Saya adalah salah satu Mahasiswa di Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konteks Sosial pada Cerpen Tujuan: Negeri Senja Karya Seno Gumira Ajidarma

29 Juni 2024   19:08 Diperbarui: 29 Juni 2024   19:30 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada cerpen "Tujuan: Negeri Senja", konteks sosial pengarang memengaruhi isi gagasan gugatan ketidakadilan kasus penculikan aktivis yang ditunjukkan dalam cerpen. Sastra sebagai cermin masyarakat dapat ditampilkan kembali dan direfleksikan sebagai gugatan terhadap ketidakadilan kasus penculikan aktivis pada tahun 1998. Dalam cerpen "Tujuan: Negeri Senja" karya Seno Gumira Ajidarma, Stasiun Tugu Yogyakarta memiliki sebuah loket istimewa yang menunjukkan suasana yang tidak pasti dan tidak stabil. Di loket tersebut tidak dijual tiket ke kota-kota yang ada di Indonesia, melainkan hanya tiket khusus ke Negeri Senja. Berbeda dengan loket yang lain, loket ini tempatnya terpisah dan tampaknya selalu sepi pembeli. Padahal loket lainnya selalu ramai. Kisah cerpen ini makin surealistik manakala digambarkan bagaimana para penumpang itu harus menandatangani sebuah surat untuk pergi ke Negeri Senja dan siap untuk tidak pernah kembali.


"Berapa harga tiket ke sana?"
"Oh, tidak perlu bayar."
"Jadi?"
"Mereka yang datang ke loket ini cuma perlu tanda tangan."
"Tandatangan apa?"
"Artinya mereka setuju untuk tidak kembali."
"Kalau mereka berubah pikiran, dan ingin kembali dari sana?"
"Tidak mungkin, dan tidak pernah terjadi."
"Seperti apa Negeri Senja itu?"
"Tidak ada yang pernah tahu."
"Lho, waktu membangun rel itu, sampai ke mana?"
"Wah, rel itu sudah ada sejak stasiun ini belum berdiri. Tidak ada catatan apa-apa tentang hal itu, dan memang tidak pernah ada yang tahu."
"Aneh sekali."
"Ah, orang sini sudah biasa. Adik saja yang sibuk bertanya-tanya."
"Aneh, orang tidak kembali kok biasa."
"Apanya yang aneh? Ini kan cuma seperti kematian. Apa yang aneh dengan kematian?"

Cerpen ini mengingatkan kasus orang-orang yang diculik dan hingga kini ada empat belas orang yang tidak kembali dan tidak diketahui keberadaannya. Peristiwa penculikan para aktivis pada bulan-bulan awal 1998, penghujung akhir masa kekuasaan Soeharto, ini digambarkan dengan keberangkatan ke Negeri Senja yang tidak pernah bisa kembali. Para aktivis itu memang telah menyadari akan segala konsekuensi, termasuk diculik atau tindakan lainnya, atas sikap politik yang diambilnya dengan mengkritisi pemerintah itu dimisalkan dengan memberi kesepakatan dengan tandatangan di loket kereta api dengan tujuan ke Negeri Senja yang berarti siap untuk tidak akan pernah kembali. Banyak di antaranya juga pergi ke Jakarta untuk memburu kebahagiaan, memburu mimpi, memburu cita-cita. "Di stasiun Tugu, aku termenung memandang senja. Kereta api yang gilang gemilang dengan tujuan Negeri Senja itu tiba. Kalau aku menaiki kereta api itu, aku tidak akan bisa kembali". Kasus penculikan para aktivis ini terbukti menjadi rangkaian akhir kekuasaan Orde Baru.

Akhir dalam berbagai konteks kehidupan Indonesia sering kali digambarkan dengan senja kala. Lukisan dalam cerpen ini menggiring interpresi atas Negeri Senja sebagai metafora dari akhir pemerintahan Orde Baru.

Cerpen "Tujuan: Negeri Senja" karya Seno Gumira Ajidarma memiliki beberapa hubungan yang relevan dengan aktivitas pada tahun 1998. Berikut beberapa poin yang menunjukkan hubungan tersebut:

  • Pengaruh Politik: Cerpen ini dikatakan sebagai metafora dari Indonesia pada masa pemerintahan Soeharto. Pemerintahan Orde Baru yang berkuasa pada tahun 1966-1998 dikenal dengan kebijakan represif dan pengawasan yang ketat terhadap kebebasan berpendapat. Cerpen ini menggambarkan suasana ketidakpastian dan kelelahan yang dialami masyarakat Indonesia pada masa itu.
  • Keterkaitan dengan Sejarah: Cerpen ini ditulis pada tahun 1997 dan diterbitkan pada 8 November 1998, tepat pada akhir masa pemerintahan Soeharto. Hal ini menunjukkan bahwa cerpen ini berada dalam konteks politik dan sosial yang berubah pada masa itu.
  • Kritik Sosial: Cerpen ini juga berisi kritik sosial terhadap pemerintahan Soeharto. Penguasa negeri dalam cerpen, Tirana, dikisahkan sebagai seorang yang kejam dan buta, namun memiliki kekuasaan yang besar. Hal ini dapat diinterpretasikan sebagai kritik terhadap kebijakan represif dan pengawasan yang dilakukan pemerintahan Soeharto.
  • Keterkaitan dengan Karya Lain: Cerpen ini juga terdapat dalam antologi "Derabat" yang diterbitkan pada tahun 1999. Karya-karya Seno Gumira Ajidarma lainnya, seperti "Negeri Senja", juga mengangkat tema-tema politik dan sosial yang relevan dengan masa pemerintahan Soeharto.

Dalam keseluruhan, cerpen "Tujuan: Negeri Senja" karya Seno Gumira Ajidarma dapat dilihat sebagai karya yang berisi kritik sosial dan penggambaran suasana politik yang berubah pada masa pemerintahan Soeharto, dari sejumlah deskripsi mengenai Negeri Senja sebagaimana dilukiskan dalam novel Negeri Senja dapat diakumulasikan bahwa negeri ini adalah negeri yang suram. Negeri yang orang-orangnya selalu berkerudung sehingga wajahnya tidak terlihat, negeri yang sejarah kekuasaannya dipenuhi dengan mayat berserakan, negeri yang sangat malang nasibnya, negeri yang penuh bahaya karena hampir setiap hari darah mengalir karena adu senjata antara petinggi dan gerakan perlawanan, Negeri yang tidak mengenal lagi kata kasih karena telah dihapus dari kamus negeri itu. Negeri yang sama sekali tidak terdapat dalam peta.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun