Lagi dan lagi, Palestina kembali diserang oleh zionis Israel. Disaat kita disini bisa berbuka, tidur, sahur, dan beribadah dengan tenang, saudara kita disana harus berjuang penuh untuk mempertahankan nyawa dan tanah Palestina. Dilansir dari suaramerdeka polisi Israel menyerang jemaah menggunakan granat kejut dan menembakkan pelurut karet di Masjid Al-Aqsha sehingga menyebabkan 18 warga Palestina terluka.
Mengapa hal ini terus terjadi? Mengapa PBB tidak bisa menindak tegas Israel? Bahkan dilansir dari sindonews pada tahun 2021 AS memblokir pernyataan bersama yang menyerukan gencatan senjata antara Israel dan Palestina melalui hak istimewa yang dimiliki. Adapun dukungan Amerika Serikat terhadap Israel membuatnya menggagalkan resolusi yang mengutuk keras kekerasan terhadap warga Palestina, permukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki sejak 1967, dan banyak lainnya. Bagaimana muslim lainnya? Bukankah di dalam hadist disebutkan, dari Nu'man bin Basyir dia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
 "Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).' (HR. Bukhari dan Muslim)"
Beginilah efek nasionalisme dan kapitalisme yang diterapkan di berbagai dunia. Arab Saudi, Mesir, bahkan Indonesia yang notabene mayoritas masyarakatnya beragama islam pun tidak mampu mengirimkan bala pasukan untuk mengepung para penjajah. Hal ini disebabkan karena adanya nasionalisme, dimana umat islam dipecah belah, tak bisa bersatu, tersekat dinding tebal antara bangsa-bangsa dan tiap dari bangsa tersebut memiliki kepentingannya masing-masing.Â
Pada akhirnya umat islam saat ini hanya bisa memberikan bantuan berupa logistik saja. Namun sampai kapankah kita akan terus menerus melihat saudara-saudari kita tersiksa? Muslim Rohingya, Uyghur, Palestina yang bahkan di dalamnya terdapat kiblat pertama muslim diserang habis-habisan secara fisik bertahun-tahun lamanya hingga Ramadhan kini. Sedangkan kita dan di berbagai belahan dunia lainnya juga tanpa disadari sedang dijajah secara pemikiran tanpa henti. Padahal disebutkan hadist dari al-Barra' bin Azib radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak." (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).
Hal ini tidak akan berhenti hingga tegaknya Khilafah. Hanya dalam Khilafah-lah umat Islam terjaga. Negara Islam sebagai perisai rakyat akan secara tegas mengambil keputusan dan selalu menjadi garda terdepan dalam melindungi kualitas, kehormatan, dan nyawa bahkan per-individunya, tidak hanya muslim, namun juga non-muslim, karena sejatinya islam jika diterapkan seluruhnya akan menjadi rahmatan lil 'alamin. Kita ingat kisah Rosulullah bersama pasukan mengepung kaum Yahudi karena mereka membunuh seorang muslim yang menolong muslimah yang dibuat auratnya terbuka oleh Yahudi hingga kaum Yahudi pun diusir keluar dari Madinah.Â
Juga Khalifah Al-Mu'tashim Billaah yang mengirimkan pasukan untuk seorang muslimah yang diganggu dan disingkap kainnya oleh orang romawi hingga terlihat aurotnya, sekaligus Khalifah membebaskan Kota Ammuriyah. Lalu kemanakah penerus Khalifah tersebut sekarang? Mengapa kini justru kita seolah semakin biasa dan pasrah dengan kondisi saudara kita saat ini? Bersatulah kaum muslimin. Sadari bahwa dunia kita tidak pernah baik-baik saja karena ketiadaan Khilafah sehingga syari'at islam tidak mampu ditegakkan seluruhnya di muka bumi ini.
Surat Khalifah Abdul Hamid II kepada Theodore Hertzl
"...Aku tidak akan melepaskan walaupun sejengkal tanah ini (Palestina), karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam! Umat Islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka.Â
Yahudi silahkan menyimpan harta mereka. Jika Khilafah Utsmaniyah dimusnahkan pada suatu hari, maka mereka boleh saja mengambil Palestina (walau tidak akan bisa) tanpa membayar harganya. Akan tetapi, selama Aku masih hidup, Aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat Tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Utsmaniyah. Perpisahan adalah sesuatu yang tidak akan terjadi. Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup."