Mohon tunggu...
Rindy Agassi
Rindy Agassi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

New chapter, New Story. \r\nhttp://rindy-agassi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semilir Angin

2 Agustus 2014   23:30 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:34 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raka hanya terdiam ketika tiupan lembut angin menerpa kulitnya, membiarkan dirinya masuk ke dalam pusaran kenangan yang masih tersimpan kuat. Matanya terpejam sejenak untuk merasakan kebahagiaan saat-saat indah yang pernah dialaminya. Duduk beralaskan rerumputan hijau dan bersandar pada sebuah batang pohon memicu ketenangan dan kenyamanan pada dirinya. Tiupan angin tak mau berlama-lama menghampiri Raka, matanya kembali terbuka ketika kulitnya sudah tak lagi merasakan sejuknya tiupan.

Ketika kepalanya menoleh dan matanya beralih pandangan terlihat seorang wanita duduk diam di sampingnya, Raka tak menyadari kehadirannya. Raka memandang sejenak dan senyuman langsung terukir di wajahnya, wanita yang tadi hanya ada di kenangannya sekarang hadir tepat di sebelahnya.

“Haiii.” Raka tak mampu berkata banyak, hanya berharap dia menoleh dan tersenyum padanya.

Orkestra perasaan mulai menaikkan temponya, genderang detak jantung mulai bermain makin cepat, bulu-bulu halus mulai seirama berdiri dan pusaran emosi dalam diri Raka mulai berputar tak beraturan.  Senyumnya masih membekas bagi Raka, senyumnya masih mampu menampilkan kenangan-kenangan indah yang sudah dilalui bersama beberapa tahun yang lalu.

Entah mengapa Raka masih saja belum bisa melupakannya, masih belum mampu menutup buku kenangannya bersama kekasihnya yang sudah tak lagi bersamanya. Masih ada sisa-sisa kenangan indah yang membekas dan masih ada harapan untuk bisa bersamanya lagi.

Raka ingin sekali membelai rambutnya, perlahan tangannya memberanikan diri menyentuh rambut bergelombanganya, tanpa ragu lagi Raka berusaha membelai rambutnya dan seketika itu pula wanita itu lenyap menjadi angin yang tak tersentuh. Raka berusaha menggenggamnya tapi tak mampu, Raka membuka kepalan tangannya dan membiarkannya pergi, membiarkan angin membawa kerinduan dan harapannya pada wanita yang masih dicintainya itu, berharap dia ikut merasakan tiupan angin kerinduan ini dan kembali secara nyata bersama lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun