Saat aku duduk menulis pesan ini, senja masih saja sembunyi. Sedari pagi memang kotaku berselimut mendung. Seperti kamu yang tetap berselimut diam. Di hadapanku ada setuah kopi pait yang siap lebih lama berteman, siap setia di sampingku melihat aku sedang mewarnai namamu di kertas. Sudah berapa banyak tumpukan kertas beserta namamu yang masih malu untuk kukirim ke alamat hatimu, tapi aku tak banyak tau rumahmu.
Tentang kamu yang diam.. Disini aku menertawai diri sendiri karena menunggu orang yang diam. Namun, apa itu salah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H