Mohon tunggu...
Rindu Randu
Rindu Randu Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

akan kucoba menulis untuk menemukan rindu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Awal Seminya Rindu Randu

24 Juni 2013   20:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:29 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(1)
Akan ada saatnya
kita bertatapan, saling melihat mimpi di kedua mata.
Membuka kejujuran,
atau hanya sekedar melepas lelah rindu.

(2)
mungkin ada saatnya
kita bergandengan turun ke jalan.
Melihat gadis mengangkangkan keluh nasib kedua paha,
atau sekedar meluap rindu.

(3)
melihat bocah kurus
dalam gendhong nestapa malam.
Sedang di hamparanya hanya kaleng kosong.

(4)
melihat penghisap pahit
dengan mulut merahnya di garis lorong.
Sedang mereka memukuli kolor tiang pagar Tuhan
dan berucap, “kapan aku mati?”

(5)
mungkin akan ada saatnya
kita akhiri turun jalan kita
karena kau tak henti menangis menatap hidangan jalan itu: pahit-dunia-cinta.

(6)
Sekarang. Aku mengulang
kisah jejak kaki yang sempat terukir di lorong ini.
Aku begitu takut jenuh berkata cinta.

(7)
dan sejauh jalan ini
kutemui gadis berdada melukis dinding dengan tangis:
siapa yg kau gambar? | dia | kok bertanduk? | entahlah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun