Mohon tunggu...
Rindu Hartoni Capah
Rindu Hartoni Capah Mohon Tunggu... -

Menulis bagiku hanyalah bagian kecil dari aksi sebagai bagian dari praksis yang ku aminkan. Meski begitu, masih kupercayai reaksinya luar biasa. Bukan untuk eksistensi, hanya untuk propaganda tanpa diskriminasi dan anti penindasan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Aktivis Barsdem Dukung Sahat S. Gurning Wujudkan Pancasila dalam Tempo yang Sesingkat-singkatnya

22 April 2016   18:35 Diperbarui: 22 April 2016   18:43 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Medan, BARSDem

Sembilan belas orang yang tergabung dalam Kelompok Studi Mahasiswa BARSDem melakukan aksi turun ke jalan untuk memberikan dukungan terhadap Sahat S. Gurning di Tugu SIB Medan, Jumat (22/4), tepatnya pada pukul 11.32 WIB. “Baru-baru ini kita mendengar perihal tentang Sahat S. Gurning yang ditahan dengan dugaan ‘pelecehan pancasila’, karena dia telah menendang lambang garuda dan memplesetkan Pancasila sebagai dasar atau ideologi negara”. Ujar Jimmi Siahaan selaku koordinator aksi. Dalam orasinya dia juga mengatakan bahwa seharusnya Sahat harus didukung karena sebenarnya dia mengkritik realisasi Pancasila yang belum sepenuhnya terwujud, bahkan masih jauh dari harapan.

Aksi tersebut juga didasari oleh realitas yang terjadi di negara ini yang belum menunjukkan keadilan sejati. Dalam orasi yang digelar secara bergantian, mereka menyerukan “Dukung Sahat Gurning dan realisasikan Pancasila dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.” Mereka juga menuntut bahwa apa yang diutarakan Sahat Gurning yang mengatakan Pancagila merupakan sebuah bentuk kekecewaan yang hingga saat ini Pancasila telah dinodai oleh ulah para koruptor dan pejabat pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat. “Jadi sangat wajar jika Sahat Gurning menyebut realitas tersebut dengan sebutan pancagila,” tambah Jimmi.

Mereka juga mengutarakan bahwa Pancasila merupakan dasar Negara Indonesia. Sebagai ideologi, Pancasila menjadi ilmu pikir segenap warga negaranya. Pancasila adalah ide atau buah pemikiran para founding father NKRI. Layaknya ide, Pancasila harus direalisasikan secara adil dan merata. Pada tahun 1945, Pancasila lahir sebagai ideologi yang bertujuan menyejahterahkan rakyat Indonesia, seperti tidak diakuinya kenyakinan-kenyakinan lokal, pelanggaran HAM yang dilakukan aparat dan pejabat negara, pengkultusan terhadap suku dan agama yang berbeda, korupsi yang menjamur dan merajalela. Serta semakin meningkatnya angka kemiskinan, perampasan lahan dan masih banyak lagi.

Melihat realita itu, banyak masyarakat dan mahasiswa dan kaum tertindas yang menuntut Pancasila diterapkan. Seperti Sahat S. Gurning, pemuda yang ditangkap karena kritikannya terhadap pancasila, dia menuntut hak-haknya sebagai warga negara. “Ideologi dan lambang negara yang gagah itu tak ada guna bila dalam kehidupan bermasyarakat di indonesia tidak dirasakan. Maka dari itu, kami mengajak seluruh umat manusia di bumi indonesia yang gelisah akan realita pancasila, turut serta menuntut negara untuk merealisasikan Pancasila dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Karena pada hakekatnya Pancasila bukanlah slogan semata,” tegas Jimmi dalam orasinya.

Aksi tersebut berlangsung damai dan sedikit membuat kemacetan lalu lintas. Mereka melakukan long march dari Tugu SIB menuju Tugu Pos yang terletak di Titik Nol Kota Medan itu. Aksi tersebut mengundang perhatian aparat keamanan mengakibatkan aksi mereka dikawal oleh polisi hingga selesai pada pukul 14.25 WIB. Dalam mengakhiri aksinya, mereka membacakan statement berupa tuntutan seperti, kembalikan setiap hak-hak masyarakat adat, tanah untuk rakyat bukan untuk modal asing, wujudkan keadilan untuk seluruh makhluk yang hidup di indonesia, laksanakan revolusi agraria, miskinkan dan tembak mati para koruptor, dan pengakuan negara terhadap penganut kepercayaan lokal. (BARSDem).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun