“Biar sajalah dianggap pembantu atau pun pelacur”
Perempuan itu menyibakan rambut ikalnya yang kemerah-merahan terpanggang matahari.
”Hmmmm……………..” tangannya sibuk mencoret-coret kertas putih yang disebaliknya adalah proposal sumbangan dana agustusan RT yang baru saja diantarkan pak satpam tadi sore.Sesekali jemarinya yang sesungguhnya cantik itu menggaruk kasar kulit kepalanya yang mengeras hingga ketombenya berjatuhan seperti hujan salju.sementara angin sepoi dari jendela membelai lembut pipinya yang merona alami.
“dianggap atau menganggap?”
“Terserahlah toh kenyataannya sama saja ?’
“Loh….???”
“Mmmmmhhh……”
“kenapa begitu?”
Perempuan itu menggedikkan bahunya tanpa mengalihkan pandangannya ke atas kertas selebaran itu.Sementara tanda tanya, titik, dan koma mulai bertaburan diatas kertas.Seperti meises diatas donat yang menemani kopi mocca mengepul hangat sore itu diatas meja.
“kenapa tidak nyonyasaja atau ndoro putri misalnya?”
“hahahaha………………..hihihi…………..”