Lampung, 12 November 2024-Museum "Ruwa Jurai" Lampung merupakan media universal pembelajaran, objek wisata edukatif sekaligus pelestarian budaya. Lampung dikenal sebagai daerah kaya akan ragam budaya dan adat. Suku bangsa lampung sendiri memiliki surat/huruf tulisan sendiri. Akan tetapi sekarang ini hampir sebagian besar masyrakat penduduk lampung tidak mampumenulis dan membaca aksara lampung.
Maka dari itu dengan adanya museum dijadikan sebagai penyimpanan dari naskah-naskah buku kulit kayu sebagai langkah untuk pelastarian dan media penyebarluasan warisan budaya lampung kepada masyarakat luas.
Naskah kulit kayu adalah bahan tulis yang terbuat dari kulit pohon yang diproses sedemikian rupa hingga menjadi lembaran tipis yang dapat digunakan sebagai media penulisan pada masa lampau sebelum adanya kertas.Naskah-naskah tersebut ada yang berisikan mantra, lambang, simbol, rajah dan gambar-gambar.
Di Lampung, naskah ini biasanya ditulis dengan aksara Lampung, yang merupakan salah satu aksara tradisional yang masih dilestarikan hingga saat ini. Naskah-naskah ini berisi mantera tolak bala, pengobatan, kekebalan dan pemikat.
Koleksi naskah kulit kayu yang kini berada di Museum Lampung ada sekitar 43 koleksi. Kebanyakan naskah-naskah ditemukan di lampung barat, lampung utara dan lampung timur.
Penelitian awal tentang manuskrip ini berawal dari program penyusunan katalog manuskrip lampung dalam upaya pelestarian manuskrip nusantara bekerjasama dengan kantor bahasa lampung dan universitas lampung yang sudah dimulai sejak tahun 2009.
Penelitian ini cukup memakan waktu yang lama karena harus menggunakan pendekatan khusus kepada masyarakat. Dari pencarian, perawatan hingga mentranskrip dan transliterasikan naskah-naskah tersebut dapat di lakukan.
Hingga akhirnya naskah-naskah tersebut dipamerkan di museum sebagai bagian dari koleksi yang menambah kekayaan sejarah kebudayaan Lampung.
Untuk memastikan kelestarian naskah kulit kayu, Museum Lampung bekerja sama dengan ahli konservasi. Proses restorasi dilakukan dengan hati-hati, menggunakan teknologi modern untuk memulihkan tekstur kulit kayu yang sudah mulai rusak. Pihak museum berharap koleksi ini dapat menjadi sarana edukasi bagi generasi muda untuk memahami lebih dalam tentang warisan budaya mereka.A