Mohon tunggu...
rindu
rindu Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

membaca minimal satu halaman adalah jendela dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hari Santri Nasional: Perjuangan Santri dalam Kemerdekaan 1945

22 Oktober 2024   00:47 Diperbarui: 22 Oktober 2024   01:04 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015, Memutuskan bahwa tanggal 22 Oktober disepakati sebagai hari santri nasional. Hal ini merupakan apresiasi untuk para ulama dan santri karena jika kita lihat dalam kaca sejarah para santri memiliki andil yang besar bagi kemerdekaan Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka 17 Agustus 1945, terjadi lagi upaya agresi militer ke dua, yang akhirnya memicu gerakan-gerakan perlawanan terhadap Belanda.

Resolusi Jihad ini hadir dan dicetuskan dalam sebuah musyawarah atau dialog moral antar para ulama di seluruh Nusantara, akan pentingnya bangkit  melawan berbagai  macam upaya keterjajahan, ketertinggalan dan terhenti.

Dalam musyawarah itu hadir beberapa ulama besar seperti: K.H. Hasyim Asy'ari yang juga pencetus sekaligus pemimpin dari dalam pertemuan itu, di bantu oleh K.H. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah, A. Hasan dari persis dan tokoh-tokoh penting lainnya .

 Perjuangan jihad para santri dalam mencapai kemerdekaan di Indonesia tidak hanya  dalam gencatan senjata, tetapi juga melalui organisasi-organisasi keislaman yang memiliki visi untuk lepas dari penjajah.

Jihad ini merupakan panggilan serta seruan kepada seluruh umat muslim di indonesia, bersatu untuk bulatkan tekad menuju merdeka. Hingga pada tanggal 22 Oktober 1945, para ulama dan   santri sepakat bergabung dalam sebuah gerakan Resolusi Jihad. Saat itu K.H. Hasyim Asy'ari datang ke surabaya untuk melaksanakan resolusi jihad fisabilillah.

Hingga akhirnya terjadi pristiwa 10 november 1945 di surabaya. Pertempuran grilya yang di pelopori oleh ulama, santri dan rakyat. Salah satu tokoh penting yang berperan griliya dalam pertempuran  ini adalah Panglima Jendral besar Soedirman , beliau sendiri merupakan seorang santri guru di  sekolah muhamadiyah. Beliau melakukan strategi dengan bergerilya di hutan agar untuk bisa mempertahan indonesia dari tangan penjajah.

Setelah indonesia merdeka para santri tetap mangamalkan jihad dengan amal ma'ruf nahi munkar.  Mereka melakukan dakwah dengan menyebarkan manfaat toleransi di masyrakat dengan lembaga pendidikan dan beberapa gerakan sosial seperti masjlis ta'lim.

Sayangnya era modernisasi sekarang ini, nilai jihad amal ma'ruf nahi munkar mulai memudar dan mengalami kemunduran. Bisa kita lihat dari banyaknya pengaruh budaya barat yang memudarkan nilai keislaman di indonesia.

Mulai mengikis identitas dan pola pikir para santri yang ada di indonesia. Kita perlu tahu hakikatnya jihad sendiri bukan hanya perjuangan melawan penjajah. Jihad bisa dilakukan dalam menuntut ilmu dll. Namun saat ini hanya tersisa segelintir yang bisa membawa jihad agama islam di gempuran era modernisasi barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun