Mohon tunggu...
Rindu
Rindu Mohon Tunggu... -

simple!!!.............

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terimakasih Ibu

8 Juni 2016   16:19 Diperbarui: 8 Juni 2016   16:22 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Bila banyak anak di besarkan dengan kasih sayang yang sempurna. Berbeda dengan nida wanita yang kini berusia sekitar 35 tahun. Dia dibesarkan dengan ayah yang selalu mempertontonkan amarah. Nida selalu meningat hal terburuk dari hidupnya ketika ayahnya selalu memarahi ibunya hanya karena lantai yang terasa sedikitit ngeres.

Nida pun tak jarang mendapatkan omelan yang sangat menyakitkan hatinya bila terdapat sesuatu yang menurut ayahnya salah.

Di rumah Nida selalu tak nyaman bila sang ayah hadir di rumah. Ayah yang seharusnya melengkapi kebahagian Nida dan ibunya, kini layak monster yang ia takuti.

Rasanya tak ada kenangan yang indah tentang ayahnya. Yang teringat hanyalah luapan emosi yang selalu menyakitkan.

Gambaran rumah tangga ibunya Nida berbeda 180 derajat dengan nya. Ia memiliki suami yang begituuu penyanyang dan humoris. Dan tak kalah menyenangkan bagi Nida, suaminya tak pernah melarang Nida berbelanja buku buku kegemarannya. Rumah tangga yang sempurna buat Nida.

Hingga suatu saat ia berkunjung ke rumah ibunya dan malam itu ibu nya Nida bercerita tentang berumah tangga dengan ayahnya. Yang selama ini belum pernah di ceriakan kepada Nida. Saat itu ibunya baru saja melahirkan adiknya Nida. Entah setan apa yang merasuki ayahnya, seorang istri yang baru melahirkan tak pernah dibawakannya makanan, tak ada pembantj di rumah. Saat itu hanya ada tepung dan itu yang menjadi camilan buat ibunya setelah melahirkan. 

Tak kuasa Nida menangis, iya tahu betul bagaiman kondisi seorang ibu yang baru melahirkan, namuun mengapa Ayahnya begituu kejan terhadap ibu. 

Ibunya mengatakan, ibu bertahan dengan ayahmu hanya demi kami anak anaknya.  Karena ibu yakin ayahmu mampu menyekolahkan kami ke jenjang pendidikan tinggi hingga kelak meneukan kehidupan yang jauuh lebih baik dari ibumu.

Dengan seksama Nida mendenagrkan kisah sang ibu. Kalian mungkin tidak tahu, setiap saat ibu selalu berdoa agar kelak kalian mendapatkan pasangan hidup yang bisa membahagiakan kalian lahir bathin, dunia akhirat, lirih ibu dengan air mata yang menetes.

Rasanya, bila setiap doa tak ada permohonan kebahagian buat anak anak ibu, doa ibu belum sempurna. Ibu berhenti bercerita sambil mengusap air matanya yang kian merembes.

Nida yang dengan khusu mendengarkan kisahnya, sesegukan menangis, betapa terharunya mengetahui cinta dan sayang seorang ibu untuk anak anaknya. Dipeluknya sang Ibu dengan erat seolah tak ingin terlepas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun