Tanggal 1 Juli 2015 lalu Yunani menyatakan bangkrut karena tidak mampu membayar hutang senilai 1,54 miliar Euro (Rp 22 trilliun) ke International Monetary Fund (IMF). Tepat sebulan sebelum Yunani menyatakan bangkrut saya berkunjung ke negeri ini. Di katakan bahwa Yunani merupakan negara maju pertama yang gagal membayar hutang kepada IMF. Meskipun bangkrutnya Yunani disebut sebut sebagai noda hitam di dalam perekonomiannya saya punya cerita indah tentang perjalanan saya di negeri ini.
Saya berangkat dari Schipol Belanda, dan butuh waktu empat jam untuk sampai di Athena menggunakan pesawat. Saat itu saya menumpang pesawat Lufthansa milik Jerman. Dari Schipol saya transit di Munich sekitar satu jam dan terbang lagi sekitar 3 jam menuju Athena.
Dari atas pesawat jet kecil berpenumpang sekitar 100 orang itu saya bisa melihat hamparan putih kering dataran Yunani. Dari atas pesawat nampak bangunan bangunan putih yang sesekali berwarna hijau kering. Dari suhu 10 C di Schipol, saya merasakan suhu 25 C di Athen, rasanya sesuatu banget.
Tram tersedia dengan kondisi baik meskipun tidak sebersih di Belanda. Jumlah penumpangnya cukup banyak, hingga jumlah tempat duduk tidak bisa melayani, ratusan orang terpaksa berdiri. Dari bandara ke hotel tempat saya menginap melewati lima belas stasiun sehingga saya bisa sedikit santai kurang lebih 45 menit. Tapi saya tak bisa juga bersantai santai, saya sadar betul bahwa saya buta huruf di negeri ini. Mereka punya huruf sendiri yang berbeda dengan huruf latin yang kita gunakan ini. Tulisan yang tertera di layar belum tentu bacaannya sama, jadilah saya harus mendengarkan tiap tiap nama stasiun yang disebut oleh mesin supaya nanti ketika mungkin nyasar saya paling tidak bisa mengucapkan dengan benar.
Saya turun di statiun Omonoiae (bacanya OMONOE) stasiun terdekat dengan hotel saya. Namun ternyata saya salah keluar, karena ada dua pintu keluar yang masing masing bermuara pada jalan yang berseberangan. Jadilah saya membolak balik peta dan memperhatikan nama nama jalan disekeliling saya. Cuaca yang panas di luar membuat saya semakin bingung. Tiba tiba seorang perempuan muda menghampiri saya, “Can I help you.” Katanya dengan ramah. Wah senangnya, ada yg pandai berbahasa inggris disini, lalu saya pun mengungkapkan tujuan saya, dan diapun dengan sigap membuka google map untuk menunjukkan posisi saya dan posisi hotel saya, dari dialah saya sadar kalau saya salah keluar.
Saya berjalan dengan koper kecil yg dibawa oleh suami saya menuju hotel. Akhirnya sampai juga ke hotel. Sisi Lain pertama: (1) Orang Greece itu suka menolong. Setelah bersih bersih sebentar, kami tak ingin menyia nyiakan waktu. Sore itu juga kami langsung jalan untuk orientasi kota. Beruntung saat itu bulan Juni dimana matahari tenggelam pukul sembilan malam, sehingga cukup terang berjalan di malam hari. Sampailah kami di Acropolis, meskipun kami tidak sempat naik karena sudah kelelahan.
Seorang wanita muda datang memberikan saya bunga dan memanggil saya “Helo Shakira….you are so beautiful, this is free for you.” Ah.... pikirku senang, baik sekali wanita ini. Ternyata sesudah itu dia minta dengan paksa uang 1 euro hahaha… sama saja. Setelah itu saya tak lagi mengindahkan jika ada yg memuji muji saya di jalan dan memberi bunga, ada yg memanggil Valeria, Julia terserah….Sisi lain kedua (2) Jangan mudah terkena rayuan perempuan Athena.
Saya memandangi takjub reruntuhan acropolis yang bisa dilihat dari bawah. Dimalam hari ratusan lampu menyorot acropolis membuatnya tampak hidup di langit Athena. Saat matahari tergelincir saya segera kembali ke hotel takut jika tersesat.