Delta Prince, nama anjing golden retriever berumur 3 bulan yang saya dapat dari seorang teman kerja. Anjing yang dilahirkan tidak sempurna karena asupan gizi yang mungkin kurang atau ada sesuatu terjadi setelah kelahirannya. Kami (saya dan tunangan saya, Dika) sepakat untuk mengadopsinya. Walaupun sebelumnya kami tidak ingin punya anjing dulu karena memori tentang anjing yang kami pelihara sebelumnya, Si Coco, yang masih melekat di hati kami, yang mati karena usianya yang sudah tua.
Ya! Apa daya, akhirnya kami sepakat mengadopsi anjing tersebut. Entah apa yang menggerakkan hati Dika untuk memelihara anjing lagi. Nyonyo atau Nyo nama panggilan anjing tersebut, tak tahu kenapa berbeda jauh dengan nama yang diberikan sebelumnya, mungkin untuk memudahkan untuk memanggil saja, yang juga terkesan mirip dengan nama anjing kami sebelumnya. Nyo mempunyai kondisi yang sangat buruk, kepalanya yang tidak mau mendangak ke atas, kaki yang tidak bisa tegak lurus sehingga untuk jalan sangat susah, dan kondisi yang sangat kurus karena tidak mau menerima makanan. Anjing sekarat yang hampir mati.
Sebelum saya mengambil Nyonyo dari pemiliknya, saya minta ijin terlebih dahulu untuk membawanya ke dokter. Siang hari saya bawa ke dokter. Diagnosa dokter mengatakan bahwa Nyo bisa disembuhkan. Senang rasanya mendengar ucapan dokter. Dokter kemudian memberi obat untuk 10 hari, kemudian 10 hari lagi kembali untuk kontrol.
Menjelang sore, akhirnya Nyo di bawa ke rumah Dika dan akan dipelihara disana, atas persetujuan pemilik tentunya. Semua sudah dipersiapkan untuk merawat si anjing kecil ini. Obat dan makanan kami berikan rutin, walau harus menyuapinya, tetapi kami sangat bahagia karena ucapan dokter yang mengatakan anjing ini akan sembuh. Seminggu berlalu dan sudah 10 hari waktu untuk check up, tetapi kondisi Nyo tidak menunjukkan perubahan, malah sesekali tiap hari, Nyo kejang-kejang dan mengeluarkan busa dari mulutnya. Kami tetap sabar menunggunya, membersihkan busa dari mulutnya dan menjaganya. Akhirnya saya bawa kembali ke dokter hewan tersebut. Dokter mengubah diagnosanya, dia bilang bahwa ‘anjing ini cacat dari lahir, dan mustahil untuk sembuh, kalaupun hidup pasti akan cacat dengan kondisi seperti ini’. Saya dan Dika sempat shock mendengar ucapan ini. Tetapi kami harus selalu mengucap syukur pada kondisi apapun, baik Nyo sehat ataupun sedang sakit bahkan tak mungkin sembuh lagi. Karena Nyo sudah menjadi bagian dari kami, keluarga kami.
Sepulang dari Dokter, kami mampir di Petshop. Kami ingin membelikan mainan, makanan, susu, serta kalung anjing buat Nyo. Meskipun kami tahu, Nyo tidak bisa memakai kalung tersebut karena lehernya tidak mungkin kuat untuk dipakaikan sesuatu. Tetapi kami ingin Nyo memiliki hadiah dari kami. Disana ketemu dengan beberapa pemelihara anjing, ada salah seorang yang bilang ‘umur 3 bulan kok kecil banget’. Saya cuma tersenyum dan bilang ‘anak kami sakit dan sudah saya obatkan, kata dokter anjing ini cacat dari lahir, jadi wajar saja kalau kondisinya seperti ini’. Saya kesal dengan mereka, tetapi saya tetap tersenyum.
Sesampai di rumah, saya dan Dika berjanji untuk menjaga Nyo sampai kapanpun, bahkan sampai Nyo mati. Kami pasrah bagaimanapun kondisi Nyo nantinya, kami harus selalu siap menerimanya, baik hidup dalam kesengsaraan atau bahkan mati, kami harus siap. Yang jelas, kami bangga karena Nyo merupakan bagian dari keluarga kami, yang kami anggap sebagai anak kami sendiri yang akan selalu kami rawat dalam kondisi apapun. Setiap hari melihat kondisinya yang tidak membaik, saya dan Dika sangat sedih, terkadang Dika menangis dan berkata ‘Tuhan, kalau memang Nyo hidup, beri dia kesembuhan, kalau memang harus dipanggil Tuhan saat ini, kami sudah siap, daripada Nyo menderita’. Saya selalu memberi semangat pada Dika untuk terus semangat merawat Nyo. Kalaupun dia mati, dia mati dalam kasih sayang kami. Ini sudah hampir 2 bulan Nyo dirumah dan tidak ada perubahan.
Setiap sabtu pagi, saya membawa Nyo untuk maen. Tak sedikit orang yang bilang kalau anjing ini distemper. Saya cuma tersenyum saja. Tetapi ada beberapa teman yang menyarankan untuk membawa Nyo ke salah satu dokter hewan yang ternyata tak jauh dari rumah Dika. Akhirnya saya bawa ke sana. Dokter memeriksa dan memberikan obat serta memberikan semangat bahwa anjing ini pasti sembuh, jelas saya Amini ucapan dokter ini. Satu minggu berlalu, kondisinya tidak berubah, malah setiap hari kejang-kejang dan mengeluarkan busa. Saya kembali ke dokter tersebut dan Nyo diperiksa lagi. Akhirnya Nyo disuntik kalsium dan dokter menyarankan untuk melakukan terapi-terapi khusus.
Seminggu setelahnya, Nyo sedikit aktif, kepalanya mulai bisa tegak. Saya dan Dika sangat senang. Dalam hati saya bilang ‘wah gagahnya anak saya ini’. Walaupun kepalanya tegak tetapi kaki masih tidak kuat untuk berjalan, karena tulangnya tidak bisa lurus. Saya dan Dika optimis bahwa Nyo akan sembuh. Tidak lucu jika sudah besar Nyo tidak bisa berjalan dan selalu merunduk, pasti akan sangat menyakitkan dan susah untuk makan.
Terapi demi terapi kami lakukan. Memberi susu untuk pertumbuhan tulangnya. Kami tak peduli berapa biaya yang sudah keluar, asalkan Nyo bisa merasakan kasih sayang kami dan bisa sembuh dan hidup layak.
Waktu terus berlalu, Nyo mulai menunjukkan perubahan-perubahan besar. Jalannya mulai normal dan kepalanya sudah bisa mendangak ke atas. ‘Oh Tuhan, terima kasih untuk kemajuannya’, dalam hati kami bicara. Ternyata tidak cukup sampai disitu, walaupun sudah bisa mendangak dan berjalan normal, tetapi kondisi tubuhnya yang sering lelah dan seringkali kejang-kejang serta mengeluarkan busa masih saja berlanjut. Kami bawa ke dokter lagi untuk check up.
Tak lama setelah itu, Nyo akhirnya sembuh dan tidak pernah kejang dan mengeluarkan busa lagi. Nyo menjadi anjing sehat seperti anjing lainnya. Perjuangan Nyo melewati rasa sakit yang hampir satu tahun itu akhirnya terbayarkan. Kini Nyo menjadi anjing ceria yang sangat menyenangkan. Senang rasanya bisa menjadi orang tua bagi Nyo. Banyak hal yang mengajari kami, begitu luar biasanya cinta yang kami berikan, yang dapat mengubah sesuatu hal mustahil menjadi sesuatu yang mungkin terjadi. Doa dan syukur kami pada Tuhan yang telah menyembuhkan anak kami. Sesuatu yang sederhana yang kami berikan, sebuah Cinta. Mencintai dalam kondisi apapun dan bagaimanapun. Sebuah cinta sederhana, cinta tanpa syarat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H