Mohon tunggu...
Rindo Bagus Sanjaya
Rindo Bagus Sanjaya Mohon Tunggu... -

i am a man who loves the universe.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semua Tak Seindah Persahabatan

30 Agustus 2014   20:39 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:04 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Masih seperti yang dulu ketika kita bertemu di sela-sela kesibukan, tertawa dan sedih bersama. Sebuah cerita persahabatan karena pertemuan yang tak pernah terduga sebelumnya. Ketika musik menjadi satu penuntun kita bertemu, saya dan sahabat-sahabat. Saya, Paido yang masih pemalu, Si Ari yang selalu lucu, Angga yang jarang ganti baju, Unyil yang (sok) lugu, Pete yang kocak, Topan dengan wajah garangnya, Frente dengan hobi karaoke, Tomblok yang punya banyak alasan, Bagong si pendiam seperti kena gendham, serta Owob yang rusuh dan cabul. Kami bertemu lebih dari 10 tahun yang lalu, masa dimana gadget belum semarak saat ini. Masa rokok satu batang untuk beberapa orang. Masa dimana kami mempunyai ‘markas’ setiap malam untuk berkumpul. Masa dimana kami pulang rumah tidak sadarkan diri. Ya! Masa muda yang begitu menyenangkan sekali bagi kami.

Gigs underground mempertemukan kami. Kesukaan pada musik yang sama dalam background yang berbeda. Kami selalu bertemu dalam setiap acara musik, dimana kemudian kami mulai mengenal satu sama lain. Banyak suka duka kami lewati bersama. Berkelahi, mabuk-mabukan, diusir polisi saat tongkrong, sampai mengintip orang pacaran dan mengaku sebagai aparat keamanan, haha!. Pernah juga kami sampai dikerjar tentara karena kami mengintip mereka pacaran.

Hal-hal lucu selalu hadir dalam setiap pertemuan kami, yang dapat menjadi cerita indah kami di hari tua nanti. Selalu saja ada kejadian lucu yang teman-teman lakukan (biasanya ketika kami mabuk). Pete yang selalu membuka celananya, dan ya! mulai jongkok dan mengeluarkan ranjau daratnya, ah! Menjijikkan!. Tomblok mulai menjadi pembalap dadakan yang melaju di kanan jalan, gila!. Angga yang tidur dijalanan dengan aroma tubuhnya yang aduhai wangi, sumpah wangi banget! Hoek!. Paido yang sudah menghilang tanpa orang tau, cukup lihai seperti ninja, yang ternyata sampai rumah sudah mutah-mutah di kasurnya. Unyil yang pulang awal karena ditelpon ibunya. Topan yang mulai curhat masalah ceweknya. Bagor dan Frente yang mulai cabul, serta bagong yang tetap diam tanpa bicara apapun, dasar gendham!.

Acara-acara musik kami lalui bersama. Sampai pernah beberapa kali, kami membuat acara amal untuk anak yatim piatu dan orang-orang tidak mampu. Semua karena rasa solidaritas yang telah kami bangun dalam komunitas bersama teman-teman ini. Walaupun banyak kekacauan dan ke-gokil-an yang kami buat, ternyata ada hal positif yang kami lakukan juga. Terkadang banyak orang tak menyangka dibalik muka-muka sangar kami, ada sisi baik yang kita berikan juga, haha!. Memang kehidupan kami cukup keras, karena kami bukan termasuk anak muda dari kalangan keluarga mampu. Tetapi ada semangat kami yang terus tumbuh, yang terbangun dengan sendirinya di komunitas ini. Ada yang kuliah sambil bekerja mengambil bola tenis, ada yang ikut jaga warung ibunya, ada yang menyablon baju, ada yang jual pakaian-pakaian bekas dan sebagainya. Yah! Walaupun kadang uang habis untuk beli rokok dan mabuk-mabukan. Tetapi kami senang karena itu uang yang kami peroleh dengan keringat sendiri. Oiya, kadang kami berbagi pulsa, karena hanya beberapa kami yang mempunyai handphone, banyak nama dengan satu nomer yang sama, haha!.

Dibalik kekonyolan masa muda, ternyata kami masing-masing mempunyai cita-citanya sendiri. Saya sendiri, yang melanjutkan kuliah karena ingin menjadi profesor seperti Greg Graffin, Ari si anti kapitalis yang ternyata bekerja di sebuah perusahaan kapitalis ternama, Frente yang hobi karaoke akhirnya bekerja di tempat karaoke, Pete menjadi marketing di perusahaan provider, Bagor dengan wajah cabulnya menjadi pengusaha bubur bayi, Topan dengan wajah garang yang menjadi pengusaha kuliner sukses, Unyil yang (sok) lugu menjadi guru di ibukota, Tomblok bekerja di sebuah hotel ternama, Angga yang akhirnya mempunyai hobi mandi ini bekerja di hotel ternama juga, serta Bagong yang bercita-cita sebagai bajak laut yang mukanya mirip Brutus Popeye ini akhirnya bekerja di sebuah kapal pesiar.

Kami saling membantu dalam segala hal, senang sama-sama, susah juga harus sama-sama. Curhat sama-sama, makan dan tongkrong sama-sama. Patungan beli ini beli itu juga sama-sama. Kalau ada yang berkelahi ya kita bantu, haha!, ah tidak juga, kami bukan tukang berkelahi. Bukan hal itu yang menjadikan kami kuat, tetapi persahabatan ini. Hal yang mengajari kami mengapa kami masih saling merindukan sampai saat ini. Sampai beberapa diantara kami sudah menikah dan mempunyai keluarga kecilnya sendiri. Sebuah semangat masa muda yang konyol dan tak terlupakan menjadi semangat kami semua untuk meraih masa depan kami masing-masing (yang dulu kami-pun ragu akan masa depan kami sendiri apalagi orang lain). Walaupun sekarang sudah jarang bertemu, tetapi cerita lucu masa muda menjadi satu cerita tak terlupakan yang menjadikan kami selalu ingat satu sama lain. Karena bagi kami tak ada yang lebih indah dari persahabatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun