Mohon tunggu...
Rindiyanti
Rindiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Kegiatan sosial

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Komunikasi Aserti Wujud Anti Bullying

18 Desember 2024   16:21 Diperbarui: 18 Desember 2024   16:21 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustration and icon stick fugure is experienced bullying (sumber : pinterest/Vecteezy)

Bullying sendiri memiliki  definisi sebagai perilaku agresif dengan memanfaatkan kekuasaan atau kelebihan yang dimiliki untuk merugikan atau menyakiti orang lain yang lebih lemah secara berulang-ulang. Kekuasaan yang biasa dimanfaatkan ini berupa fisik yang lebih kuat, kepopuleran, kekuatan kelompok, mengetahui kelemahan atau kerentanan orang lain, dan berasal dari keluarga yang memiliki status sosial yang baik.

Setelah melakukan kunjungan di suatu sekolah di kota Jambi, saya sebagai penulis mendapatkan sisi lain dari adanya perilaku bullying di sekolah tersebut. Biasanya bullying berpaku pada si pelaku yang melakukan perilaku agresif pada korban, siapapun yang menyandang sebagai pelaku bullying memang tidak dapat dibenarkan. Namun di sini saya ingin membahas dari sisi korban.

Sekolah yang saya kunjungi dalam waktu kurang lebih selama empat bulan ini memberikan sudut pandang yang berbeda terkait bullying. Perilaku bullying ini akan terjadi bila calon korban tidak membela dirinya di awal atau saat pertama kali mendapatkan perilaku yang tidak menyenangkan dari orang lain. Dalam beberapa kasus yang saya temukan di sekolah ini, pada awalnya pelaku bullying memberikan nasihat yang baik kepada calon korban bullying atas pelanggaran yang dibuat oleh calon korban, terlepas apa yang dilakukan oleh korban saya sebagai penulis tidak membenarkan hal itu, tetapi untuk pelanggaran peraturan, tentu saja pihak sekolah akan memberikan sanksi yang telah disepakati. Namun cara yang digunakan oleh pelaku bullying kurang tepat, pada awalnya pelaku akan memberikan "nasihat" kepada calon korban di dalam kelas, di depan orang banyak dan diungkit kembali ketika ada orang lain yang belum mengetahui apa yang telah dilakukan oleh korban. Menurut salah satu Guru mereka kerap ikut campur dalam pemberian sanksi kepada pelanggar aturan.

Sesuai dengan definisinya, perilaku agresif yang dilakukan secara berulang-ulang, hal ini juga dilakukan berulang-ulang. Bentuk perilaku bullying yang dilakukan ialah sosial yang membicarakan masalah kesalahan korban di depan orang banyak, psikologis yang mengajak teman-teman yang lain untuk tidak berbicara kepada sang korban dan cyberbullying yang menyudutkan atau menyindir korban melalui sosial media. 

Dengan begitu terjadi perubahan sikap oleh korban seperti penurunan prestasi akademik, tidak percaya diri untuk bersosialisasi di sekolah, penarikan diri dari teman-temannya, tidak semangat bersekolah hingga poin alpa yang dimiliki minus dan terakhir kali yang saya saksikan ialah mengundurkan diri dari sekolah. Dalam ada beberapa kasus yang memiliki pola yang sama dan pelaku yang sama. 

Kembali pada poin awal untuk fokus pada sisi korban yang mana dalam kasus lain yang saya dapatkan dan melakukan wawancara terhadap calon korban ini, beberapa siswa berhasil membantengi dirinya dengan melakukan komunikasi asertif untuk menangani pelaku bully yang ada. Saat mereka mendapatkan perilaku yang tidak menyenangkan di awal, mereka dapat membentengi diri mereka dengan menjawab pernyataan dan pertanyaan dari pelaku bullying dengan komunikasi yang asertif, seperti menyamankan nada bicara, melakukan kontak mata, tidak terbawa atau terpancing emosi ketika sedang berhadapan, ekspresi wajah yang dibuat ceria untuk meyakinkan dirinya tidak terpancing oleh pelaku dan berani melaporkannya kepada Guru. Meskipun dirinya tidak disukai oleh pelaku, tetapi siswi ini tidak menjadi sasaran objek bullying. 

Jika dilihat dari kasusnya dan data BK (bimbingan konseling) tidak sedikit yang berani membentengi dirinya dengan hal serupa. Dengan adanya fakta ini komunikasi asertif dapat menjadi salah satu penanganan dalam menghadapi perilaku bullying. Mengajarkan komunikasi asertif dan rasa toleransi kepada siswa/i penting untuk menanamkan keberanian dan rasa simpati terhadap orang lain. Jika perkiraan masih sulit untuk memberikan pemahaman yang baik kepada pelaku bullying, komunikasi asertif dapat menjadi bekal bagi siswa/i karena korban bullying bisa siapa saja dan di mana saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun