Dalam diri manusia terdapat suatu kekuatan ruhani yang mendorong jasmani untuk melakukan suatu perbuatan. Kekuatan itu berupa kemauan atau keinginan terhadap sesuatu, yang kemudian dikenal sebagai nafsu.
Para ahli membagi nafsu menjadi beberapa jenis berdasarkan tinjauan keilmuan yang berbeda. Ada yang membagi menjadi tiga, empat, enam, delapan dan seterusnya. Namun semua ahli sepakat bahwa secara garis besar nafsu dibagi menjadi dua, yaitu nafsu yang baik dan nafsu yang buruk.
Dalam pembagian nafsu itu penulis justru merasa sangat cocok dengan penuturan orang tua, yang memang dulunya memahami falsafah Jawa (kejawen) bahwa orang Jawa membagi nafsu menjadi empat jenis. Keempat jenis nafsu itu mudah dipahami, meliputi: lauwamah (biologis), supiah (duniawi), amarah (emosional), dan mutmainah (spiritual).
Nafsu Lauwamah. Nafsu ini dikenal sebagai nafsu biologis, merupakan nafsu dasar yang ada pada setiap diri manusia, Nafsu ini merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan biologis yakni makan, minum dan syahwat seksual. Namun apabila nafsu ini berlebihan dan tidak bisa dikendalikan, terutama syahwat seksual maka akan menjadi masalah dan petaka, yang dapat menjerumuskan pelakunya menjadi hina. Secara fisik nafsu ini berada pada area perut dan bawah perut.
Nafsu Supiah. Nafsu ini biasa dikenal dengan istilah nafsu duniawi, yaitu nafsu cinta terhadap masalah-masalah keduniawian seperti kekayaan, kedudukan, dan kecantikan. Harapan dengan memperoleh status tersebut adalah untuk mendapatkan pujian, sanjungan, penghargaan dan penghormatan. Secara fisik nafsu ini berada kepala. Nafsu ini menyebabkan seseorang cenderung bersikap pamer, angkuh dan rakus, sehingga mendorong untuk melakukan kecurangan, manipulasi dan korupsi.
Nafsu Amarah. Nafsu ini biasa dikenal sebagai emosional yang berlebihan. Nafsu amarah mendorong seseorang berbuat sesuatu di luar pertimbangan pikiran yang jernih, sehingga tidak mampu membedakan secara baik mana yang benar mana yang salah, mana baik mana buruk. Nafsu ini muncul sebagai akibat dari beberapa sebab, yaitu perasaan tersinggung, cemburu, kekalahan dan sebagainya yang menyebabkan ia melakukan tindakan yang dapat merugikan diri sendiri. Secara fisik nafsu ini berada di pangkal leher.
Nafsu Mutmainah. Ini merupakan nafsu yang benar-benar baik, karena orientasinya adalah aspek spiritual yang mengarah kepada kebajikan. Dengan nafsu ini seseorang akan selalu terdorong untuk melakukan ritual ibadah, serta berbuat kebajikan, seperti menolong, peduli, empati, rendah hati dan sebagainya. Nafsu ini membuat seseorang menjadi tenang, ramah dan bijaksana. Secara fisik nafsu ini berada pada dada.
Dari keempat macam nafsu itu, tiga nafsu pertama bisa berpengaruh positif dan bisa pula negatif. Nafsu amarah misalnya, seseorang yang tidak mempunyai emosi atau emosinya rendah akan cenderung santai dan apatis. Namun disisi lain orang yang pemarah atau emosionalnya tinggi akan merugikan diri sendiri dan bahkan bisa berbahaya.
Nafsu itu ibarat api, ia akan sangat bermanfaat bila dapat dikendalikan dengan baik, namun akan sangat berbahaya dan mencelakakan apabila kita tidak mempu mengendalikannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H