Setelah kembali tiba di Indonesia dari pengasingannya di Arab Saudi pada 10 November 2020, Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab (HRS) menyerukan gerakan "revolusi akhlak."
Sekretaris Umum FPI, Munarman menjelaskan revolusi akhlak yang dimaksud HRS adalah mengubah perilaku bangsa Indonesia agar sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.
"Kalau rezim pak Jokowi dengan pimpinan Pak Jokowi membuat slogan revolusi mental, maka Habib Rizieq menyuarakan serta akan memimpin revolusi akhlak," kata Munarman melalui YouTube Front TV
Pada beberapa kesempatan Munarman mencontohkan revolusi akhlak adalah mengubah perilaku agar pejabat tidak berbohong, tidak korupsi, tidak dzalim, tidak khianat, dan sebagainya.
Respon Revolusi Akhlak HRSÂ
Seruan revolusi akhlak HRS memunculkan respon yang beragam. Bagi mereka yang sejak lama anti HRS serta merta merespon negatif jargon tersebut. Tentu mereka punya dalih yang kuat, menurutnya sejauh ini sang imam besar FPI itu menunjukkan akhlak yang "kurang baik". Â Dalam beberapa tausiyahnya HRS sering melontarkan kalimat hinaan, cacian, makian, dan kata-kata lain yang dipandang tidak elok, seperti goblok, bejat, busuk, dan sebagainya.
Sementara bagi pendukung fanatik HRS, mereka tidak terpengaruh dengan apa yang dipersoalkan pihak yang anti HRS. Mereka tetap mendukung seruan revolusi akhlak yang diyakini akan dapat memperbaiki kondisi bangsa. Ungkapan-ungkapan keras dan kasar HRS merupakan stile sang imam besar dalam berorasi.
Namun bagi mereka yang moderat, ceramah HRS terbaru pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang mengulang-ulang kata "lonte" untuk seseorang yang dinilai telah melecehkannya tentu sangat disayangkan. Setidaknya tutur kata merupakan bagian dari akhlak.
Sedangkan pihak istana melalui Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan Donny Gahral Adian menilai revolusi akhlak HRS merupakan seruan penggulingan kekuasaan Presiden Jokowi. Donny mengingatkan agar revolusi akhlak yang dicanangkan HRS berbentuk gerakan moral dan tidak sampai berujung pada kekerasan. Â Jika dilakukan dengan baik dan benar, pihak pemerintah akan menyambut revolusi akhlak yang dimotori HRS karena memang bertujuan memperbaiki moral
Pendukung FanatikÂ
Gaya bicara tidak akan merubah kecintaan pendukung pada idolanya. Membandingkan dengan HRS, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok juga mempunyai gaya bicara yang keras dan kasar. Kendati Ahok sering melontarkan kata-kata kasar dan makian seperti HRS, tetap saja para pendukung tidak mempersoalkannya dan tetap menyanjungnya sebagai sikap tegas.
Apabila sang idola mengalami tekanan maka para pendukungnya akan selalu membela. Semakin kuat tekanan terhadap sang idola, semakin kuat pula dukungan dari para pemujanya. Â Itulah yang terjadi dan dirasakan oleh HRS dan para pendukungnya saat ini.
Perbedaan antara Ahok dan HRS, salah seorang pendukung HRS mengatakan, "bila Ahok bicara kasar pada rakyat, maka HRS bicara kasar pada pejabat" Â Benarkah demikian? Tentu mereka yang anti HRS tidak sependapat.
Pandangan UAS
Ustadz Abdul Somad (UAS) menyampaikan pandangan terhadap sosok HRS sebagai salah seorang ulama yang langka. Kebanyakan ulama mengajarkan "amar ma'ruf" untuk mengajak melakukan kebajikan seperti berdzikir, bershalawat, puasa, sedekah dan sebagainya. Sangat sedikit ulama yang berani menyerukan "nahi munkar" atau memberantas kemungkaran seperti yang dilakukan oleh HRS.
Melihat berbagai persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, masyarakat tengah membutuhkan sosok pemimpin yang bisa diharapkan memberantas kemungkaran. Kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi oleh pemerintah saat ini, justru memunculkan kepercayaan pada HRS.
Menurut UAS rasa simpati dan kepercayaan kepada HRS dilatar belakangi, "Satu sisi mereka melihat dia sebagai ulama, satu sisi mereka melihat sebagai pejuang keadilan, satu sisi mereka melihat sebagai orang tertindas dan teraniaya. Â Dan satu sisi lagi juga mereka melihat dia sebagai keturunan Rasulullah"
UAS terkesan membela HRS dengan mempertanyakan apa kesalahan Rizieq Shihab. "Apa dosanya, apa salahnya, berapa triliun negara dirugikan, apa ada sumber daya alam yang dia jual keluar negeri?"
"Dia menyadarkan umat jika politik itu penting, maka angkatlah pemimpin adil dan amanah. Dalam demokrasi siapapun berhak menyuarakan kebenaran. Dia hanya melawan ketidak adilan," tegas UAS.
Makna Akhlak
Bahwa inti dari ajaran Islam adalah akhlak. Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak." (HR.Imam Bukhari)
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tabiat, budi pekerti dan sifat seseorang.
Dari banyak pendapat para ulama, akhlak didefinisikan sebagai perangai (watak atau tabiat) yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu (bersifat spontan). Jadi akhlak merupakan tingkah laku yang sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang, yang tidak cukup hanya sekali atau hanya sewaktu-waktu saja.
Dalam khasanah Islam, macam akhlak ada dua yaitu akhlakul karimah (akhlak terpuji) dan akhlakul mazmumah (akhlak tercela). Adapun defenisinya sebagai berikut:
Akhlakul karimah merupakan akhlak baik yang harus dimiliki setiap umat muslim. Adapun contoh macam akhlakul karimah diantarannya adalah sikap jujur, adil, tanggung jawab, peduli, amanah, demawan, ramah, legawa, dan lain sebagainya.
Sebaliknya akhlakul mazmumah, merupakan akhlak tercela yang harus dijauhi oleh setiap umat muslim. Adapun contoh macam akhlakul mazmumah merupakan lawan dari akhlakul karimah, yaitu sikap dusta, dzalim, lalai, apatis, khianat, kikir, sombong, iri, dan lain sebagainya.
Pengertian akhlak di dalam Agama Islam tidak dapat disamakan dengan pengertian etika dan moral. Apabila etika dan moral hanya didefinisikan sebagai arti sopan santun antarsesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Maka istilah akhlak sesungguhnya memiliki makna yang luas meliputi pelbagai aspek, mulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk biotik dan nonbiotik.
Kendati akhlak (terpuji) ditampilkan dalam bentuk sikap jujur, adil, tanggung jawab, peduli, amanah, dan sebagainya, namun  sebagian besar ulama sependapat bahwa cara berkomunikasi juga merupakan bagian dari aspek akhlak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H