Mohon tunggu...
rindawati maulina
rindawati maulina Mohon Tunggu... -

Setelah menuntaskan pendidikan S1 & S2 di Teknik Industri ITB-Bandung, memutuskan berprofesi ganda, sebagai peneliti ekonomi dan sebagai "truly woman" karena sangat menikmati waktu bersama dengan keluarga tercinta, yang selalu menghadirkan semangat hidup, kehangatan, dan keceriaan.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Beras Thailand Mengancam Ekonomi Dunia

21 September 2011   04:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:46 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

[caption id="attachment_136355" align="aligncenter" width="680" caption="Pekerja membongkar beras di Kapal Vtc Glory asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/3/2011)/Admin (KONTAN/Muradi)"][/caption] Keresahan tengah melanda masyarakat dan pemerintah di seluruh dunia, termasuk Indonesia, menyusul isu kenaikan harga beras asal Thailand terkait kebijakan pemerintah Yingluck Shinawatra yang akan melakukan pembelian gabah petani di atas harga pasar. Harga yang ditawarkan 43% lebih tinggi di atas harga pasar. Kebijakan protektif ini akan diberlakukan mulai tanggal 7 Oktober mendatang dengan masa uji selama 1 tahun. Bagaimana tidak membuat galau, konon isu ini berhembus semakin kuat di tengah keputusan impor beras yang sudah dan akan dilakukan pemerintah Indonesia hingga awal tahun 2012 sebelum panen raya nanti. Panen yang tidak sesuai target akibat iklim yang masih kurang bersahabat disertai gejolak harga beras domestik yang sarat aksi spekulan, menjadi salah satu alasan keputusan impor Indonesia sehingga stabilisasi harga beras di level konsumen segera tercapai. Banyak pihak memperkirakan kenaikan harga beras Thailand akan turut memicu kenaikan harga beras global terkait tingginya demand dunia terhadap komoditas beras negara Gajah Putih ini. Mencermati pergerakan harga beras Thailand sepanjang tahun 2009-2011, tren kenaikan harga sudah terindikasi di awal semester kedua tahun ini, sementara harga beras domestik sebenarnya sudah naik konsisten sejak awal tahun 2011. Di sisi lain, keputusan impor yang dilakukan pemerintah untuk 2011 baru saja terealisasi pada Agustus lalu sejak kontrak dilakukan sebelumnya di bulan Juli. Harga Beras Thailand Mendorong Akselerasi Harga Beras Global Gejolak harga beras Thailand diduga akan mendorong kenaikan harga beras global, khususnya Asia di mana konsumsi beras di Asia menduduki 87% di seluruh dunia. Kondisi ini sejalan dengan tingginya demand beras menjelang akhir tahun di mana memasuki masa paceklik dan negara eksportir cenderung mengutamakan keamanan pangan domestiknya. Dugaan kenaikan harga beras global ini didasari oleh survey yang dilakukan Bloomberg terhadap 7 eksportir, pedagang dan penampung beras, yakni pada 31 Desember mendatang akan naik hingga US$ 750/ton. Senada  diungkapkan juga oleh Asosiasi Eksportir Beras Thailand, pada pekan kedua September ini, harga beras Thailand tipe 100% grade B telah naik 6% ke level US$ 617/ton. Ini adalah level harga tertinggi sejak 2009 silam. Kendati keputusan pemerintah Yingluck Shinawatra menuai banyak kritikan karena dapat mengakselerasi kenaikan harga beras di pasar Thailand hingga 22% dan menurunkan daya saing ekspornya, pelaksanaannya hanya tinggal menunggu waktu saja. Kinilah saatnya negara importir beras termasuk Indonesia untuk segera mencari negara eksportir alternatif yang menawarkan harga beras yang lebih murah, dalam hal ini pasar India masih memungkinkan. Dengan demikian, di tengah kerja keras pemerintah mencari alternatif solusi, gejolak harga beras di Thailand kelak diharapkan berdampak minimal pada harga beras di dalam negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun