Pengertian Teori Belajar BehavioristikÂ
Teori belajar behavioristik berfokus pada penyelesaian perilaku dengan cepat melalui prinsip dasar, rasio kognitif, pemahaman yang cepat, dan fokus pada rasio kognitif atau perilaku positif. Menurut Thorndike (1911), Teori Belajar Behavioristik mencakup korelasi antara stimulus (contohnya pikiran, perasaan, atau gerakan) yang menyebabkan respons (juga berupa pikiran, perasaan, dan gerakan). Teori ini berpendapat bahwa jika seseorang terlibat dalam suatu perbuatan tertentu karena mereka telah mempelajarinya dari pengalaman-pengalaman terdahulu dan kemudian menghubungkan perbuatan tersebut dengan hadiah. Seseorang akan menghentikan suatu perbuatan mungkin karena perbuatannya belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Karena seluruh perbuatan, baik bermanfaat ataupun tidak, merupakan perbuatan yang dipelajari. Â
Teori Conditioning dan Tokohnya
Teori Conditioning terbagi menjadi 3 tokoh utama dengan pemikirannya masing-masing
- Teori Classical Conditioning (Pavlov dan Watson)
- Dikembangkan oleh Ivan Pavlov melalui eksperimen dengan anjing, berfokus pada refleks bersyarat (Conditioned Reflex) dimana perilaku terbentuk karena pembiasan. Watson mendukung teori ini dengan menyatakan bahwa seluruh tingkah laku manusia terbentuk dari hubungan stimulus-respon melalui conditioning. Contoh: Air liur keluar saat mencium bau sate, berhenti saat lampu merah.
- Teori Operant Conditioning (Skinner)
- Berbeda dengan Pavlov, Skinner menekankan pentingnya "reinforcement" (penguatan). Ada dua jenis penguatan yaitu penguatan positif berupa hadiah dan penguatan negatif berupa hukuman. Teori ini berguna untuk memotivasi belajar siswa dan modifikasi perilaku.
- Teori Conditioning (Guthrie)
- Mengembangkan teori Watson tentang pembentukan tingkah laku, memandang tingkah laku sebagai rangkaian unit-unit yang saling terhubung, setiap unit merupakan respon dari stimulus sebelumnya dan menjadi stimulus untuk unit berikutnya, proses pembentukan perilaku terjadi melalui asosiasi yang berulang-ulang.
Teori Connectionism (Koneksionisme) dan Tokohnya
Dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874-1949), berdasarkan eksperimen dengan hewan terutama kucing. Juga dikenal sebagai "S-R Bond Theory" dan teori "Trial and Error Learning" inti dari teori ini yaitu belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons.
Hukum-hukum Thorndike:
- Law of Effect: Hubungan S-R menguat jika disertai perasaan senang/puas.
- Law of Exercise: Hubungan S-R menguat dengan penggunaan berulang, melemah jika jarang digunakan.
- Law of Multiple Response: Dalam situasi baru, individu melakukan trial-error hingga menemukan respon tepat.
- Law of Assimilation: Kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi baru berdasarkan pengalaman.
- Law of Readiness: Hubungan S-R menguat jika ada kesiapan bertindak.
Implikasi Teori Psikologi belajar Behavioristik dalam Pembelajaran dan pengajaranÂ
- Langkah-langkah pembelajaran: Menentukan tujuan pembelajaran, menganalisis lingkungan kelas, menentukan dan memecah materi, menyajikan materi, memberikan stimulus, mengamati respon siswa, memberikan penguatan/hukuman dan evaluasi.
- Penerapan dalam pembelajaran bahasa: Mendahulukan keterampilan mendengar dan berbicara, memberikan latihan berulang, menciptakan lingkungan berbahasa kondusif, menggunakan media pembelajaran interaktif, dan membiasakan motivasi hingga menjadi kebiasaan.
Teori Belajar Humanistik
Secara umum, teori belajar humanistik didefinisikan sebagai usaha fisik dan spiritual untuk mengoptimalkan pertumbuhan individu. Sedangkan pembelajaran diartikan sebagai usaha mendapatkan pengetahuan dan membentuk kepribadian secara komprehensif. Pertumbuhan fisik tidak berhubungan dengan perkembangan
tingkah laku. Perkembangan hanya terjadi karena proses pembelajaran, yang melibatkan perubahan kebiasaan, berbagai kemampuan dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Humanisme meyakini peserta didik adalah fokus utama pembelajaran dan peran pendidik hanya sebagai penyedia bantuan.