Dapatkah Anda bayangkan kalau tiba-tiba Indonesia jadi hening selama sehari semalam? Benar-benar sepi. Tak ada suara bising kendaraan, tak ada sama sekali mobil, motor, bus, kereta atau pun angkot yang beredar di lalu lintas. Di sepanjang jalan bahkan tak ada satu manusia pun yang terlihat. Semua toko tutup. Kantor-kantor lengang. Pabrik-pabrik sunyi. Supermarket dan mall, ‘sorry we’re closed’. Bandara dan terminal tidak beroperasi.
Lalu di manakah orang-orang?
Mereka semua tinggal di rumah masing-masing. Berhadapan wajah dengan keluarga masing-masing. Dan tak ada suara TV, karena listrik dipadamkan. Di malam harinya, seluruh rumah hanya diterangi cahaya lilin. Di seluruh penjuru kota, sinar bulan yang berkuasa.
Sama sekali tidak ada keributan. Orang-orang saling bicara dengan pelan. Hanya lamat-lamat terdengar suara lolongan anjing dari kejauhan. Satu-satunya kerusuhan pada hari itu adalah suara kucing berkelahi di atas atap. Burung-burung boleh terbang dengan bebas, menyapa pohon-pohon yang sejenak bisa bernafas lega. Tak ada asap knalpot dan pabrik yang dengan brutal meracuni mereka.
Manusia Indonesia sedang kembali ke masa sebelum mereka mulai merasa punya hak untuk menghancurkan alam. Dan ke masa di saat sesama mereka mau saling mendengarkan.
Hari inilah quality time bagi tiap keluarga. Seorang anak yang kurang perhatian karena biasanya ayah ibunya selalu tak punya waktu, hari ini bisa duduk bermain monopoli bersama kedua orang tuanya. Tertawa-tawa dalam suasana hangat. Si orang tua akan mendengarkan keluhan si anak, dan jadi mulai membandingkan seberapa penting sebenarnya pekerjaan mereka dibanding pentingnya waktu untuk anaknya.
Seorang koruptor, akan punya moment untuk merenungkan segala yang dia lakukan dan dapatkan selama ini. Punya waktu seharian tanpa TV dan koran yang topik bahasannya selalu menyakitkan hati. Itu membuat ia bisa melepas sedikit ketegangan sehingga bisa berpikir lebih jernih. Ia jadi bisa menyadari kebahagiaan hidup sebenarnya di saat tak sedang menerima tudingan, kata-kata kebencian, kekecewaan, dan lain-lain. Sepadankah yang ia lakukan dengan yang ia dapatkan?
Seorang yang tengah berlomba-lomba mengejar harta dan kekuasaan, akan punya waktu untuk memahami, bahwa sebenarnya manusia itu mampu hidup bahagia dalam kesederhanaan. Kita tak butuh apa-apa selain jiwa yang tenang sebagai bekal ke akhir hidup yang baik. Segala hal yang kita kejar di dunia hanyalah reklame murahan yang menawarkan barang-barang mahal yang tak pernah kita butuhkan.
Itulah hal-hal yang dapat terjadi ketika Indonesia menyepi dalam sehari semalam.
Sulitkah Anda membayangkannya?