...
Aku terbangun dengan pipi yang masih basah oleh air mata. mimpi itu lagi. dadaku sesak, mataku sembap, perutku masih terasa sakit. ini adalah pagi kesekian setelah aku bermimpi hal yang sama seperti tadi malam. Rasanya amat sangat nyata dan membuatku tak bisa terbiasa sedikitpun. Aku bangun dari tempat tidur. mulai membersikan diri dan sarapan di ruang tengah.Â
Kakaku sudah pulang, aku menemukan beberapa barangnya di kamar mandi dan juga di dapur dan mulai lega karenanya. Ini semua nyata. Adik dari suamiku yang ada di mimpi itu tak akan muncul disini. Itu sudah cukup membuatku merasa lebih baik.
Selesai sarapan, aku pergi ke supermarket terdekat untuk membeli beberapa barang yang sudah mulai menipis stoknya dirumah. Di perjalanan pulang perasaanku tidak enak. Serasa seperti ada yang mengawasiku. ku tengok belakang sebentar dan kutemukan manusia dengan tatapan tajam yang aku temukan di kereta kemarin ada di sana. Lima langkah dibelakangku.Â
Ku lihat keadaan sekitar yang ramai dan mulai berjalan santai sambil tak menghiraukan manusia dengan tatapan elang yang sedang mengikutiku. Aku merasa tak memiliki kesalahan apapun pada manusia itu jadi aku tak mau memikirkan hal negatif apapun lagi. namun, aku tak akan membiarkan ia mengikutiku sampai rumah. Aku tak akan membiarkan ia mengikutiku sampai sana.
Maka, akupun menghampirinya. Mengatakan kenapa ia mengikutiku. dan aku terkejut saat melihat mata manusia ini dari dekat. Tatapan ini sama dengan orang yang ada dalam mimpiku. Aku jelas mengenalnya sebab mimpi itu terus berulang. Kali ini, setelah berbicara langsung dengannya dari jarak yang lebih dekat ia tidak semenakutkan itu. tak ada tatapan menusuk bagai elang, tak ada tatapan meremehkan, yang ada hanya tatapan penyesalan.
Aku tak mengerti kenapa dia bisa ada di dalam dunia ini setelah sebelumnya aku bertemu dengannya di dalam mimpiku namun aku rasa ia bisa menjelaskan hal itu padaku. Aku aka menunggunya.
Ia melepas semua atribut penutup wajahnya. topi, masker semuanya ia buka dan aku masih terpana dengan apa yang aku lihat di depanku ini. dia Sama persis seperti apa yang aku lihat dalam mimpiku. Entah kenapa bulu halusku meremang, aku mulai takut dengan apa yang akan dia lakukan kepadaku. Setelah sebelumnya di dalam mimpi itu dia baik kepadaku kemudian menikamku aku menjadi lebih takut kepadanya.
Ia duduk di depanku setelah sebelumnya mengajakku ke sebuah cafe terdekat. Menatapku dengan tatapan penuh penyesalan yang kubalas hanya dengan tatapan ketakutan.
"aku baru tahu kalau kaka ada disini kemarin" ucapnya sebagai pembuka
"aku sungguh minta maaf atas apa yang pernah kakak alami" dia berbicara seolah hal itu sangat mengganggu hatinya dan berharap bisa mengangkat beban itu dengan meminta maaf kepadaku. Aku tak bereaksi. Mulutku masih terkunci. Aku tak tahu harus menjawab apa atas permintaan maaf yang ia ucapkan. Sebenarnya lebih kepada rasa syok bahwa orang ini minta maaf atas kelakuannya di dalam mimpi. Itu sangat ganjil.