Mohon tunggu...
Rina Yuliani
Rina Yuliani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Love movie

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Manusia dari Masa Lalu

8 Desember 2022   20:53 Diperbarui: 8 Desember 2022   21:11 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia menuntunku ke dapur dan mulai menyiapkan makanan yang telah ia masak.

"siapa kamu?" tanyaku.

Ia tersenyum dengan tenang dan menjawab "aku suamimu"

Tak ada keterkejutan disana. Dia seperti sudah terbiasa dengan apa yang aku pertanyakan dan itu membuatku merasa aneh. Ia melanjutkan makan malamnya tanpa merasa perlu untuk menjelaskan apapun kepadaku yang sampai detik ini masih belum menyentuh makanan yang tersaji didepanku. Setelah menyelesaikan makan malamnya ia tersenyum padaku dan meninggalkanku.

Lalu Ia kembali lagi ke dapur. duduk di hadapanku, kemudian memberikan buku yang sangat aku kenal. Itu buku catatanku. Itu buku tentang segala hal yang terjadi pada diriku. Aku langsung membukanya. dan kembali terkejut dengan apa yang tak bisa aku ingat.

Seketika ingatan itu kembali menyeruak dalam pikiranku setelah ku baca berkali-kali catatan itu. aku ingat pernah menulis hal itu. aku ingat semuanya. Dia memang suamiku.

Kami bertemu di sebuah pernikahan seorang teman. Kemudian menjadi dekat dan akhirnya menikah. Ia sangat baik kepada keluargaku. Kehidupan rumah tangga kami cukup harmonis dan itu semakin bertambah ketika aku di nyatakan hamil. Aku merasa hidupku penuh dengan kasih sayang. 

Hal itu berlangsung sampai kelahiran anak pertamaku dinyatakan gagal. itu membuatku depresi berat sampai mencoba untuk bunuh diri. Hidupku hancur. Semuanya berantakan. Suamiku selalu ada di sampingku. Ia menguatkan. Mencoba menyadarkanku bahwa semuanya bukan salahku dan memintaku untuk merelakannya.

Sampai situ. Catatanku berhenti disitu. Tak ada lagi tulisan setelahnya. Setelah membacanya berulang kali dengan pipi yang masih basah oleh air mata ku tatap mata suamiku. Ia tersenyum. namun bukan senyuman hangat, ia tersenyum meremehkan. Aku tak tahu mengapa ia memberikanku senyuman dan tatapan seperti itu. sebelum aku menanyakan tentang kejanggalan itu perutku sudah ditusuk oleh belati yang sudah ia siapkan di balik punggunya. Aku terkejut dengan tindakan yang ia perbuat. Aku menatapnya dengan tatapan meminta jawaban atas apa yang telah ia perbuat sambil menekan rasa sakit yang aku terima dari tusukan yang ia berikan.

"kau telah membunuh kakakku. Sudah sepatutnya aku membunuhmu. Jika ia tidak bertemu denganmu, jika ia tidak jatuh cinta kepadamu, jika kau melahirkan dengan benar, jika anaknya hidup, jika kau tidak terlalu terpuruk dengan apa yang kau alami karena anakmu, kakaku tak akan mengakhiri hidupnya. Semuanya karena kau" ia mengatakannya dengan berapi-api.

Ia jelas begitu menyayangi kakaknya. Namun karena hatinya telah diselimuti oleh dendam yang membara ia tak akan bisa dengan mudah untuk sadar akan apa yang telah ia lakukan. Aku tak bisa mengubah apapun. Terlebih dengan tusukan di perutku yang membuatku semakin lemah dan tak sadarkan diri setelahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun