Aku berada di dalam busway, duduk sambil memandangi  suasana kota yang ramai oleh gedung-gedungnya yang tinggi menjulang. Entahlah aku tak tahu apa yang akan aku lakukan hari ini. aku hanya merasa harus keluar rumah dan melihat keadaan dunia yang indah ini. aku turun di halte terdekat.Â
Masuk ke dalam rumah makan lokal, dan mulai memesan makanan. Rumah makan ini belum begitu ramai, walau mungkin sebentar lagi akan sesak oleh para pekerja yang akan makan siang. Makananku siap dan aku mulai menyantapnya.
Di tengah makan siangku yang amat tenang ini seseorang memanggilku, mengatakan bahwa ia adalah temanku saat di bangku putih biru. Aku sama sekali tak mengenalnya. Â namun mungkin manusia ini benar-benar temanku. Tak ada salahnya aku berbincang-bincang sedikit sambil menghabiskan pesananku. Setelah menghabiskan makan siang ku aku bilang padanya bahwa aku harus pergi. Ia memaklumi dan mengatakan untuk menghubungiku lagi untuk bermain jika memiliki waktu senggang yang aku setujui dengan senyuman.
Selama menghabiskan makan siangku dia mengatakan banyak hal. Namun ada beberapa hal yang tak aku mengerti. Tentang bagaiamana kabar suamiku juga anakku. Aku sama sekali tak mengerti apa yang dia ucapkan. Bagaimana aku tahu kabar mereka sedang aku tak pernah menikah? Aku belum menikah. Itu yang aku tahu dengan sangat jelas.
Pertemuan dengan teman lama itu sukses membuat hariku hancur. Aku tak bisa memikirkan apapun selain mencoba untuk menyingkap apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang ia katakan jelas saja bukan kebohongan. Terlebih sebab fakta bahwa aku tak pernah dekat dengannya saat Putih biru.Â
Jelas dia tak punya motif apapun untuk menipuku. Ia jelas hanya menyapa sebab merasa bahwa kita pernah sekelas dan pernah menghadiri acara pernikahanku. Lalu kenapa aku merasa tak pernah menikah dan memiliki anak? Selama memikirkan hal itu telepon ku berdering yang sontak membuatku terkejut dan lebih terkejut lagi ketika nama yang tertera dalam ponselku adalah "suami".
Aku benar-benar terkejut dan tak bisa melakukan apapun. Aku tak berani mengangkat telepon juga tak berani memikirkan apapun soal ini. Semuanya begitu aneh. Apa yang sebenarnya terjadi? Sambil menghalau rasa panik yang datang aku mulai mencoba membuat diriku lebih tenang dengan mengerjakan pekerjaan yang sedang ada didepanku saat ini. lebih baik aku menghindarinya untuk saat ini. itu akan lebih menguntungkan untukku.
Setelah menyelesaikan pekerjaan yang sebenarnya tidak terlalu penting, aku menutup laptopku dan pulang. Rumahku tak jauh dari area ini yang memungkinkan untuk aku pulang dengan berjalan kaki. Selama perjalanan pulang pikiran tentang apa yang di bicarakan oleh teman lama itu kembali mengusikku. Apa yang sebenarnya terjadi? ada apa ini? mengapa aku sudah menikah? Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghampiri otakku yang tanpa di sadari ternyata aku sudah sampai di depan rumahku.
Begitu pintu rumah ku buka terdengar suara seseorang di dalam dapur juga suara televisi dari ruang tengah. Apa ibu berkunjung? Rasanya mustahil kakakku memasak masakan harum seperti ini kalau bukan ibuku siapa lagi? aku memanggil ibuku seperti yang sering aku lakukan ketika di rumah orangtua ku. Namun aku kembali terkejut dengan jawaban yang diterima dari orang yang ada di dapur. itu bukan suara ibuku.
Dia mengatakan "sayang, kau baru pulang? Aku sudah membuat masakan ayo kita makan".
Siapa itu, kenapa ia ada dirumahku. Aku sama sekali tak mengenali suara itu. lalu sosoknya keluar dari dapur dan menghampiriku. Apakah ini suamiku? Mengapa ia begitu asing? Aku sama sekali tak mengenali wajah ini.