Bogor. Dalam urutan acara ada di antaranya mengaji Budaya bersama Kyai Abdullah Wong yang merupakan tokoh Budayawan yang selalu menjadi pembicara dalam setiap Acara yang diadakan oleh keluarga IDN.
Selasa, 9 Agustus 2022 Ikatan Dukun Nusantara (IDN) mengadakan acara Milangkala Veteran Lokapurna yang diadakan di lemah Cawene, Desa gunung Sari, PamijahanMengaji Budaya ini diadakan pada Jam 9 Malam yang dihadiri oleh semua budayawan yang tergabung dalam IDN. Semua berkumpul membuat lingkaran di halaman luas belakang gubug memorial tempat berkumpul keluarga IDN yang berada di lembah Cawene.
Dalam kesempatan kali ini Alhamdulillah kelompok KKN 26 UIN Jakarta yang letak wilayahnya berada di Desa Gunung Sari, Pamijahan, Bogor bisa ikut bergabung untuk menimba ilmu juga pengetahuan tentang Budaya yang ada disini. Walau begitu sayangnya kami tidak sempat mengikuti pengajian dari awal sebab terkendala pada persiapan yang mendadak juga lokasi lembah Cawene yang lumayan jauh dari Posko.
Dalam pemaparan yang disampaikan oleh Kyai Abdullah Wong selaku pembicara beliau mengatakan bahwa Dukun dalam sejarahnya adalah orang yang membantu dalam hal medis. Contohnya adalah (Dukun Beranak). Jika kita tarik lagi ke masa sekarang tugas dukun beranak ini sudah berpindah alih kepada Dokter.
Dalam praktek yang dilakukkan, dua praktisi ini memiliki metode pengobatan yang berbeda antara satu sama lain.  Jika dokter membutuhkan berbagai alat medis yang menunjang untuk prosesi pengobatan, berbeda dengan Dukun Beranak yang dalam prosesi pengobatannya hanya menggunakan alat-alat sederhana yang mudah untuk didapatkan. Jika dalam  ilmu Dokter kandungan ada istilah cesar (bayi dalam kandungan yang posisi kepala tidak berada di bawah) maka itu tidak berlaku pada Dukun. Dukun Beranak dengan ilmu yang telah ia miliki bisa mengobati tanpa perlu bantuan alat medis. Walau begitu tugas dua praktisi ini sama yakni membantu orang yang ingin melahirkan serta mengobati penyakit yang cukup sering timbul pada perempuan ketika sedang mengandung namun karena metode dari keduanya yang berbeda bisa membuat perbedaan yang cukup besar di masyarakat apalagi di zaman yang serba canggih ini.
Perbedaan ini terjadi karena berkembangnya ilmu manusia dari masa ke masa yang semakin maju juga menjadikan negara barat sebagai poros dunia yang semakin mengikiskan budaya lokal yang telah diwariskan oleh nenek moyang.
Budaya yang dibawa oleh nenek moyang dalam prakteknya bisa membawa kita dalam kedamaian juga kemudahan sebab pemikiran nenek moyang kita yang masih amat sangat sederhana memungkinkan untuk mempersingkat perseteruan antar golongan yang mungkin akan terjadi. Contohnya adalah ketika kita tidak diperbolehkan untuk memasuki hutan, atau ketika kita tak boleh duduk di depan pintu, mereka hanya menyebut "pamali" maka anak turunnya tidak akan berani untuk melanggarnya. Selama budaya ini berlangsung maka akan menciptakan kedamaian namun sepanjang berjalannya zaman tidak bisa kita pungkiri kecerdasan anak bangsa yang semakin berkembang akan mencari pembenaran dari istilah sederhana yang telah di wariskan oleh nenek moyang ini dengan mengatakan bahwa itu adalah Mitos padahal penyebutan "pamali" atau dalam artiannya adalah larangan yang tak boleh disentuh memiliki maksud untuk kesejahteraan masyarakat. Seperti pelarangan masuk hutan adalah satu bentuk melindungi alam agar tidak dirusak oleh manusia.
Di akhir Kyai Abdullah Wong mengatakan bahwa Dukun atau para Budayawan ini adalah seorang wasilah atau jembatan antara alam dengan Manusia. Yang mana memungkinkan untuk terus membantu dalam melindungi alam dari tangan dan perilaku jahat manusia. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H