Mohon tunggu...
Rinawati Acan Nurali
Rinawati Acan Nurali Mohon Tunggu... Penulis - Suka jalan, siap mendengarkan, suka. Suka-suka.

Sebagai warga yang baik, selalu ingin berbagi setidaknya lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jum'at

28 Januari 2022   12:52 Diperbarui: 28 Januari 2022   12:57 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang ini begitu terik, angin-angin yang berhembus pun seperti habis terbakar dengan hawa panasnya yang menyengat. Diteras rumah bapak sedang bersiap-siap. Jum'at kali ini begitu berbeda dengan jum'at sebelumnya. 

Panasnya udara, tak memberikan ruang untuk bergerak leluasa mendatangi mesjid. "anto cepaaat, sedikit lagi sudah azan itu." teriak ibu dari bilik kamarnya. Kali ini ibu juga tak memberiku ruang untuk mencari alasan agar tak kemesjid. Kakiku begitu berat untuk melangkah, kamar mandi terasa jauh dari rumah. Malas begitu erat memeluk perasaanku. Seperti badanku enggan untuk bergerak. 

Ya Tuhan, apakah saya telah dirasuki jin agar tak  ke mesjid, atau ini hanya perasaanku karena malas? pikirku.  "bapakmu sudah mau sampai, kamu masih duduk disini. mau jadi apa kamu? sholat jum'at saja tidak mau datang?" sewot ibu yang berjalan menuju dapur. "Buk, hari ini cuacanya cerah sekali. sebegitu cerahnya sampai mataku sakit mau lihat kedepan" . 

"eaalah, alasaanmu. cepat sana pergi mandi. orang sudah mau selesai sembahyang kamu masih ngeyeel disini". Balas ibu dengan nada sinisnya. 

Memang sepertinya tidak ada jalan selain memaksa diri segera kekamar mandi. 

Air yang begitu jernih, dingin sampai menembus tulang dan sel-sel tubuhku. Rasanya tidak mau lagi keluar dari kamar mandi ini. Ingin terus berendam sampai sore nanti. Segar sekai rasanya. Tapi Ibu yang sudah menjaga yah pasti tidak mau membiarkan saya untuk tidak keluar. Orang siapa juga yang mau berdiam diri disini sampai sore! pikirku, sambil terus mengguyurkan air ke badan.

"Nto, kalau kamu kemesjid, pulang nanti pasti kamu dapat bingkisan. Jadi kamu berdua dengan bapak kan jadinya banyak". saya yang mendengar ucapan ibuk, seperti rasanya ingin menangis. "Kan kemesjid bukan cari bingkisan buk" jawabku. "Yah memang, tapi itu juga bagian dari rahmat jum'at" balas ibu dengan senyumnya.

"yah jum'at berkah" jawabku lagi, sambil berlalu meninggalkan ibu dirumah seorang diri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun