Mohon tunggu...
Roro Asyu
Roro Asyu Mohon Tunggu... Freelancer - #IndonesiaLebihLemu

suka makan, suka nulis, suka baca, tidak suka sandal basah www.rinatrilestari.wordpress.com www.wongedansby.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Sumini dari Lereng Merapi Bagian 2

14 Desember 2012   01:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:42 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa harus sekarang, kangmas?"

Arya menatap istrinya. Tak lama pandangannya diarahkan ke perut istrinya yang membesar.

"Apa tak bisa menunggu sampai anakmu ini keluar?"

Ratih hampir saja menangis ketika mengucapkannya. Sejak suaminya mengatakan akan pergi hampir tiap hari Ratih tidak bisa menahan airmatanya.

"Kamu tahu ini bukan mauku, diajeng. Semua laki-laki dibutuhkan saat ini, laki-laki sepertiku..."

"Tapi aku sedang hamil kangmas dan sebentar lagi akan melahirkan. Kamu ndak mau lihat anakmu?"

Tak tertahankan lagi akhirnya jebol sudah pertahanan Ratih. Perempuan muda itu pun menangis terisak-isak. Ibu mertuanya yang sebelumnya hanya berdiri di dalam rumah akhirnya keluar untuk menenangkan menantunya itu. Perempuan setengah baya itu tahu betul apa yang dirasakan menantunya. Dia sendiri sudah berusaha membujuk anak laki-lakinya itu untuk menunda kepergiannya tapi tidak berhasil.

"Sudah nak ayu, sabar. Ayo masuk," katanya.

Ibu Arya menuntun menantunya masuk ke dalam rumah sedang Arya mengikuti dari belakang.  Di dalam bapak Arya sudah duduk menunggu. Laki-laki itu tidak bisa berbuat banyak. Ratih didudukkan di salah satu kursi. Airmatanya masih terus mengalir. Ibu mertuanya kemudian ikut duduk di sebelahnya. Arya memandang istrinya. Hatinya sakit tertusuk-tusuk. Menyaksikan anak pertamanya yang kurang dari hitungan satu bulan lagi keluar ke dunia adalah hal yang paling dinantinya. Sayang, hal itu tidak akan bisa dia lakukan.

"Maafkan aku diajeng," kata Arya sambil bersimpuh di depan istrinya.

Jika tadi Ratih yang tak bisa menahan airmatanya kali ini ibunya pun turut menitikkan airmata. Melepas anak laki-laki satu-satunya ke medan perang bukanlah hal yang mudah bagi seorang ibu. Apalagi anaknya itu bisa dibilang masih pengantin baru, belum genap setahun menikah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun