"Hore!"
"Ih belum tentu boleh kok sudah girang. Sudah cepet dihabisin makannya trus jangan lupa ganti seragamnya, nanti kotor."
"Siap, Bos!" kata Nani sambil mengangkat tangannya, menghormat.
Melihat polah Nani, Ibu hanya bisa geleng-geleng kepala kemudian pergi ke dapur. Siapa yang bisa menolaknya, dia terlalu manis, batin Ibu.
[caption id="attachment_97094" align="alignleft" width="300" caption="ilustrasi diambil dari http://www.1st-art-gallery.com/"]
"Axl! Axl!"
Nani baru saja pulang sekolah siang ini dan seperti biasa ayam jantannyalah yang dia cari. Kaki kecilnya melompat-lompat kecil menuju ke belakang rumah. Kali ini tidak ada teriakan Ibu yang mengingatkannya untuk ganti baju. Terus Nani melangkahkan kakinya ke kebun belakang. Axl belum menunjukkan tanda-tanda keberadaannya.
"Axl! Axl!"
Teriakan Nani mulai panjang dan keras. Wajahnya yang tadi ceria mulai berganti cemas. Axl masih belum kelihatan. Diseret kakinya ke kebun samping, kebun tetangganya. Mungkin dia sedang bermain dengan Mimi, ayam betina milik tetangga sebelah, pikirnya dalam hati. Sia-sia, Mimi terlihat sedang asyik dengan anak-anaknya yang kemungkinan besar anak Axl juga. Perlahan didekatinya ayam betina itu.
"Kamu tahu dimana Axl?" tanyanya.
Seolah mengerti yang diucapkan oleh Nani, ayam betina itu terlihat menggeleng sebelum kemudian kembali asyik menikmati makanan bersama anak-anaknya. Nani mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kebun. Aneh, batinnya. Akhirnya dia pun memutuskan kembali ke rumah. Ibu pasti tahu, pikirnya.