Beni, Doni, Hendra dan entah siapa lagi namanya aku sudah lupa. Mereka juga orang-orang terkutuk, sama sepertiku. Apa aku sedang membela diriku? Tidak, sebaliknya aku membela mereka, aku juga membela kalian. Orang-orang terkutuk seperti kami lebih pantas mati, bukankah begitu? Jadi kubela kalian, kubantu kalian dengan segera mengirim mereka menghadap Tuhan. Biar, biar mereka bertanya langsung pada Tuhan. Salahkah mereka dilahirkan? Sesatkah rasa yang mereka damba? Terkutukkah cinta mereka? Laknatkah hidup mereka? Banyak sekali pertanyaan yang harus dijawab dan biar Tuhan saja yang menjawabnya.
Terkutuklah rasa ini. Terkutuklah cinta ini. Terkutuklah hidupku ini. Sudah kurasakan, sudah kutanggung. Saat ini mereka mungkin tertawa, menertawaiku juga kalian. Menertawai manusia-manusia bejat yang lupa jidat. Sudah kubunuh mereka. Andai kalian tahu wajah mereka sebelum ajal menjemput. Mereka takut, mungkin mereka malu, malu pada Tuhan mereka sendiri. Itu karena kalian selalu teriak di telinga mereka kalau Tuhan pasti mengutuk orang-orang seperti mereka. Itu...itu yang membuat mereka takut bertemu Tuhan mereka.
Tapi sudahlah, tak penting lagi. Toh sekarang mereka sudah mati. Sebentar lagi giliranku. Tak sabar rasanya bertemu Tuhan dan menanyakan semua pertanyaan itu. Bakar, pancung atau tembak aku, terserah. Tak ada bedanya bagiku. Abu tetap akan (kembali) menjadi abu. Dan raga yang kalian sebut terkutuk ini akan membusuk, sama seperti raga kalian nanti ketika tanah menguburnya. Tulang yang digilai para laki-laki gemulai ini akan hancur, sama seperti leburnya tulang kalian ketika nanti bumi menghimpit jasad kalian.
Hukuman mati? Apanya yang menakutkan? Rasa ini, cinta ini jauh menakutkan. Hidup ini lebih menyeramkan. Ketika aku harus tertawa dan menangis di saat yang sama. Ketika aku terluka dan kalian justru tertawa. Ketika aku mencinta dan kalian berseru dengan lantangnya, "laknat Tuhan atas kaummu!" Laknatlah rasa ini, laknatlah hidup ini, laknatlah aku. Laknatlah jika itu membuat kalian merasa lebih baik dari kami. Karena sebentar lagi aku akan tertawa, menertawai kalian, mungkin, menertawai diriku sendiri.
Tak perlu kutulis namaku. Aku yakin kalian sudah tahu. Baca saja di koran, tabloid-tabloid gosip atau televisi, yang manapun, pasti mereka akan ramai membahasku. Hahaha...gampang sekali untuk jadi orang terkenal sekarang ini. Seminggu, sebulan atau setahun? Ah, nggak usah lama-lama. Aku tahu kalian para pelupa. Membayangkan saja aku ingin tertawa. Membayangkan kalian akan bilang pada anak-anak kalian di meja makan, "Jangan seperti dia, dia itu orang terkutuk, laknat!" Lucu sekali, seolah kalian lupa apa yang kalian jejalkan ke mulut mereka setiap hari. Makanan seperti itu tak akan menjadi daging. Makanan seperti itu hanya akan membusuk, mengutuk hidup mereka. Sekali lagi aku jadi ingin tertawa. Hahahahaha.....
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H