Chapter 4:
"Yukata itu masih akan terlihat cocok untuk Nami-chan di festival musim panas tahun depan."
Di sekeliling mereka hanya ada hijaunya pohon-pohon sakura yang mulai menyambut datangnya musim panas. Sebelum perpisahan dimalam itu, Akihiro menyimpan ingatannya sebelum kembang api tiba, di antara dua ayunan yang usang mereka pernah membicarakan festival musim panas. Juga tentang yukata biru bercorak bunga Krisan, sebelum salju jatuh kembali pada masanya]
Bel istirahat telah berbunyi, beberapa siswa laki-laki tampak berlarian keluar dari ruang kelas masing-masing. Beberapa siswa perempuan juga keluar sambil membawa bekal makan siangnya untuk dinikmati di tempat favorit mereka.Â
Hari itu Minami rajin menelungkupkan wajahnya ke meja. Begitu merasa bosan barulah ia alihkan pandangannya, ia tatap bangku kosong di sebelah kanan tempat duduknya. Wajah Akihiro yang tegang saat guru menerangkan di depan kelas, juga saat wajah tampan itu tersenyum kepadanya, bayangan itu masih samar-samar menggoda hatinya yang membiru menahan dinginnya suasana.
"Ah... Seharusnya Hiro-senpai ada di sini."
Minami mendesah dan bergumam lirih, wajahnya masih menempel di meja dan menghadap ke kanan. Ia ingat kembali, kursi disampingnya itu yang biasa menopang tubuh tingginya Akihiro.
Kana yang duduk di depannya mendengar ucapan Minami dengan jelas. Ia segera menoleh lalu menepuk bahu Minami yang sedang asyik menikmati meja sebagai bantal disiang itu.
"Nami-chan! Aku juga ingin Hiro-chan ada di sini."
Dengan wajah kaget Minami segera mengangkat kepalanya. Tangannya menyibak rambutnya yanh hitam secara perlahan. Kana tersenyum lebar, tangan kanan gadis itu masih menggenggam omamori merah muda yang dulu sempat ia titipkan pada Minami untuk diberikan pada Akihiro.
Gadis itu segera berjalan ke samping Minami, lalu merangkul pundak sahabatnya itu.
"Apa Nami-chan tahu Akihiro pindah kemana?"
Kana membisikkan pertanyaan tepat di samping telinga Minami, gadis itu sengaja merendahkan nadanya. Sejenak Minami bingung dengan pertanyaan sahabatnya, ia lalu menatap wajah Kana yang masih merangkulnya.Â