Mohon tunggu...
Rina Sutomo
Rina Sutomo Mohon Tunggu... Berfantasi ^^ -

Hening dan Bahagia menyatu dalam buncahan abjad untuk ditorehkan sebagai "MAKNA"

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Guruku, Orangtuaku di Sekolah

6 Juli 2016   23:29 Diperbarui: 7 Juli 2016   18:45 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="2013"][/caption]Sembilan belas tahun yang lalu, hari pertama saat aku memasuki bangku sekolah setelah aku memilih seragam merah putih sebagai seragam pertamaku untuk memulai belajar di ruang kelas. Aku sudah dibekali membaca dan menulis sejak usia dua tahun, tak perlu lagi masuk TK,  begitu ibuku bercerita. Bukan hal yang mudah bagi anak usia lima tahun untuk menyesuaikan diri dengan teman-teman baru dan suasana yang baru meskipun aku berhasil melewatinya. Tak lepas dari dukungan ayah dan ibuku, beliau selalu memberikan motivasi saat terkadang aku tak ingin masuk kelas, dan pada hari-hari lain aku juga lebih menyukai jajan daripada belajar. Bapak ibuku selalu menjembataniku untuk menjadi anak yang baik dan menganggap guru sebagai orangtuaku ketika di sekolah. Berawal dari hari pertama aku masuk sekolah, tak hanya memintaku berkenalan dengan teman-teman baruku, orangtuaku juga memintaku untuk mencium tangan ibu guru. Tak hanya itu, selama beberapa hari ibu menungguku di sekolah sampai pelajaran telah usai. Aku rasa itu juga yang ibu-ibu lain lakukan pada tahun 1997, bukan seperti menitipkan anaknya di tempat penitipan anak, namun juga mengajarkan anaknya bersikap sopan dan tidak menjadi pembangkang.

Bagi anak usia sekolah dasar, orangtua adalah panutan yang paling baik dan benar. Jika pada usia itu anak dibiasakan untuk menghormati gurunya maka akan terjalin komunikasi yang baik antara keduanya. Hubungan yang baik antara siswa dan guru akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Sebagai contoh, Ani memiliki hubungan yang baik dengan ibu guru dibanding Budi, Ani menganggap ibu guru sebagai orangtuanya ketika di sekolah, tentunya Ani akan lebih giat belajar dibanding Budi yang menganggap ibu guru bukanlah orangtuanya yang tidak perlu ia takuti atau tidak perlu didengarkan nasehatnya. Hal yang lebih buruk lagi, jika suatu saat si Budi melakukan kesalahan dan mendapat teguran dari guru yang bersangkutan ia akan lebih malas lagi untuk belajar. Karena itulah peran orangtua untuk menciptakan komunikasi dan hubungan yang baik antara anak dengan guru di sekolah dihari pertama sangatlah penting. Terlebih lagi canggihnya komunikasi yang sudah mulai digunakan oleh anak sejak usia empat tahun, tanpa pengawasan orangtua seringkali membuat anak belajar hal buruk yang menyebabkan berkurangnya rasa hormat anak kepada guru.

Keterbukaan anak untuk menerima guru dengan senang hati membuat anak lebih mudah dalam menerima materi. Di sekolah dasar anak akan belajar tiga aspek dasar, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga aspek tersebut diberikan kepada anak selama enam tahun berturut-turut yang diimplementasikan langsung melalui semua bidang studi. Berhasil atau tidak, dan bagus atau tidaknya prestasi serta hubungannya dengan guru sangat bergantung pada bagaimana cara orangtua membawa anak ke dalam dunia barunya, dari dunia bermain ke dunia belajar.

Mulailah dengan menemani anak dihari pertama sekolah, lalu jembatanilah hubungan anak dengan gurunya untuk membentuk hubungan yang baik diantara keduanya. Jika bukan orangtua yang memulainya, siapa lagi?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun