"Nami-chan, Shirakawago ini memang luas. Tapi tak ada rumah seperti itu."
"Tapi aku benar-benar melihatnya. Apa Hiro-senpai tak mempercayaiku?"
"Anu... Bukan begitu Nami-chan."
Kedua remaja itu terdiam di bangku ayunan, menikmati salju yang berguguran sejauh empat sentimeter setiap detiknya. Telah sepuluh kali musim dingin mereka lalui bersama. Sejak mereka duduk dibangku kelas satu sekolah dasar, mereka berteman dekat. Dan kini perasaan mereka lebih dekat daripada pergantian musim yang akan segera tiba.
"Apa Nami-chan tahu mengapa salju jatuh lebih lambat daripada hujan?"
"Karena dia lebih ringan."
"Bukan. Jika dia jatuh lebih cepat kita tak akan duduk di sini untuk menikmatinya."
"Hiro-senpai, apa kamu mau melihat rumah itu bersamaku malam ini?"
"Nami... Ayolah, tak ada rumah seperti itu."
"Hiro-senpai, kamu mempercayai segala ucapan Yoshida Sensei tentang beberapa bunga yang tak dapat tumbuh di musim dingin. Lalu kenapa kamu tak mempercayaiku? Ibuku bilang, rumah itu hanya bisa dilihat oleh dua orang yang saling menyukai."
Gadis itu mulai menangis. Akihiro telah menikmati tangisan itu selama sepuluh kali musim panas. Ia menatap gadis cantik disampingnya dengan senyuman.Â