Sebelum subuh terlampau jauh beranjakÂ
Tak ada rasa malu meski tak dapat kubanggakan seragamku Â
Kaos dan celana lusuh menemaniku mengejar ilmuÂ
Dan lagi, jauh sebelum senyum matahari menghangatkan anganÂ
Dengan tas plastik terus kukejar banyaknya ilmu kehidupanÂ
Ya, ditumpukan sampah ini aku belajar menerima pedasnya kenyataan Â
Sebelas tahun lalu di tanggal iniÂ
Pagi yang terlalu cerah tanpa rintik hujanÂ
Seperti dia, kawan seusiaku berseragam merah putih sepatu hitam tertawa riangÂ
Memandangku tersenyum dan berkata, "Kamu harus sekolah."Â
Senyumnya meyakinkanku untuk terus bermimpiÂ
Sebuah mimpi suatu hari aku bisa menulis ini dibuku harianÂ
Dua tahun lalu dihari iniÂ
Aku telah tumbuh dengan kulit menghitamÂ
Kulihat senyum gadis nan jelita jauh dari tumpukan sampah tempat kumengais nasiÂ
Seragam biru putih dengan topi di kepala melindungi wajahnya dari panas duniaÂ
Dari jarak itu aku menggantungkan mimpi untuk bisa membacakan puisi yang hanya untuknyaÂ
Aku di tujuh belas tahunku ini,Â
Di hari ini,Â
Aku ingin memakai seragam abu putih dipagi hariÂ
Berjalan dengan mereka untuk belajar banyak teoriÂ
Aku menerima mimpiku yang tak berjalan seimbangÂ
Aku yang hanya bisa menulis melalui suaraÂ
Dan membaca di dalam hati saja seperti buku yang coba aku bacaÂ
Aku memandangi tulisannya tanpa ada makna yang dapat kutangkapÂ
Aku bermimpi berjalan dengan seragam yang samaÂ
Bukan hanya melihat dari tempat kumengorek tumpukan sampahÂ
Tuan yang baik hati, aku telah lulus belajar dari kerasnya kehidupanÂ
Namun aku belum mengerti rasanya mendapat teguran dari bapak guruÂ
Juga tidak pernah merasakan pujian dari ibu guruÂ
Tuanku orang yang bijak, ijinkanlah saja aku lulus dengan lembaran kertasÂ
Biarkan aku mencoba memainkan pena mencoretkan ilmu dengan rasa senangÂ
Akan kubiarkan Tuan membacanya,Â
Bersama tumpukan sampah ini aku menahan perihnya laparÂ
Tulisan ini tentang lelahku untuk bergulat dengan ilmu dari kerasnya kehidupanÂ
Karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Bulan Kemanusiaan RTCÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H