Fakta BPA dalam Kemasan Plastik
Beberapa waktu lalu sempat viral konten  klaim mengklaim kemasan plastik  paling aman di media sosial. Pengunggah kontennya pun beragam, kebanyakan bukan ahli dibidangnya. Tentu saja hal ini membuat masyarakat awam bingung.
Pilihan menggunakan kemasan plastik memang paling praktis dan ekonomis namun tidak lepas dari isu keamanannya bagi kesehatan karena kandungan BPA nya.Â
Â
Mengenal BPA dalam  Kemasan Plastik
Apa sih sebenarnya BPA atau Bisfenol A? BPA adalah senyawa sintesis organik yang merupakan bahan utama pembuatan plastik polikarbonat.  BPA diisukan jika masuk ke dalam tubuh secara tak sengaja terkonsumsi karena terdapat dalam kemasan plastik yang kita gunakan, dapat menyebabkan gangguan hormonal, obesitas dan kardiovaskular, kanker, gangguan perkembangan dan syaraf anak, infertilitas serta kelahiran prematur. Namun  setelah ditelusuri secara literatur dan fakta studi, belum ada bukti jika BPA menyebabkan berbagai gangguan kesehatan yang disebut di atas.
Menanggapi isu BPA dan hubungannya dengan  gangguan kesehatan, Institute for Health Education bersama Lembaga Riset Ikatan dokter Indonesia (LR-IDI) mengadakan diskusi BPA session dengan tema "How to Understand BPA Information Correctly" pada hari Rabu tanggal 6 November 2023 bertempat di Pandawa Room Ra Suites Simatupang Cilandak Barat.
Menurut panelis Pakar Polimer ITB, Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc, PhD, reaksi dari bahan beracun seperti BPA dan Phosgene setelah diproses menjadi polikarbonat adalah senyawa yang aman karena merupakan polimer, sifat kimianya sudah berubah menjadi aman dan tidak reaktif, tidak seperti komponen penyusunnya. BPA tidak larut dalam air.
Fakta Mengenai BPA
Memang secara teroritis BPA dari wadah makanan atau minuman dapat bermigrasi  atau berpindah (larut) dan bercampur  dengan makanan atau minuman di dalamnya tapi itu terjadi hanya pada kondisi tertentu seperti kemasan rusak, makanan mengandung lemak yang tinggi, wadah kemasan yang tipis, waktu kontak dan jika mengalami peningkatan suhu (kepanasan atau dipanaskan).
Dr. Karin Wiradarma, M.Gizi, Sp.GK menyampaikan bahwa metabolisme BPA dalam tubuh manusia setelah diserap oleh  saluran cerna, BPA akan ditranspor ke hati 90% dalambentuk tidak aktif dan akan dikeluarkan dalam bentuk urin dan feces, sedangkan 10% merupakan bentuk aktif yang memberikan pengaruh negatif pada tubuh. Tetapi karena jumlahnya kecil dibandingkan batas aman yang ditetapkan berbagai lembaga pengawasan makanan dan minuman dunia atau BPOM di Indonesia. Jadi seberapa BPA ini berpengaruh pada kesehatan perlu kajian atau penelitian  ilmiah yang lebih mendalam.
Dalam diskusi ini juga ditekankan perlunya masyarakat mendapat informasi dan edukasi yang tepat mengenai BPA Â sehingga masyarakat tidak bingung, seperti diungkapkan Dr. Â Nurhidayat Pua Upa, MARS, Ketua Anguis Institute for Health education.