Acara talkshow edukatif ini bertujuan memberikan pemahaman kepada para generasi muda mengenai faktor resiko kanker paru dan pentingnya bagi orangtua dan keluarga mereka untuk menjalani skrining kanker paru secara dini sesuai anjuran pemerintah. Saya berkesempatan hadir di acara ini, banyak insight baru yang saya dapat setelah mengikuti terlebih saya memiliki anak usia remaja.
"Mendeteksi kanker paru-paru secara dini sangat penting karena gejala sering muncul ketika penyakit sudah dalam stadium lanjut. Gejala ini meliputi batuk yang persisten, nyeri dada, kesulitan bernafas yang tidak membaik dengan kondisi serius, kemajuan dalam perawatan medis memberikan harapan dan berhenti merokok serta menimimalkan paparan resiko sangat penting untuk pencegahan,"lanjut Elisa.
Masalah kanker paru-paru menjadi salah satu masalah kesehatan dunia untuk katagori penyakit tidak menular  namun yang mengkhawatirkan kanker paru-paru  di Indonesia menyerang pada usia produktif, berkisar di usia 45-an. Ini tentunya terkait dengan gaya hidup dan kebiasaan merokok. Ada beberapa penyebab kanker paru-paru seperti asap rokok, resiko bekerja (seperti tukan cat, tukang bangunan dll) dan polusi. Resiko karena pekerjaan bisa diminimalisasi dengan penggunaan APD begitupun polusi. Resiko karena asap rokok harus dilakukan edukasi tentang bahaya merokok dan pentingnya memiliki gaya hidup sehat.
Ketua Tim Kerja Penyakit Kanker dan Kelainan Darah, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Theresia Sandra D. Ratih MHA mengatakan Jaminan kesehatan Nasional (JKN) diharapkan tidak hanya menjamin pengobatan kanker paru-paru juga pembiayaan skrining untuk deteksi dini. Ini sesuai dengan mekanisme pembiayaan kapitasi yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 3 tahun 2023, tentang standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam penyelenggaraan program JKN.
Sasaran skrining ditujukan pada usia 45-71 tahun dengan kriterian perokok aktif atau pasif. Skrining bisa dilakukan di puskesmas-puskesmas. Jika hasil skrining menunjukkan pasien beresiko tinggi terkena kanker paru-paru akan di rujuk pada ke FAKES rujukan tingkat lanjut dan ditangani dokter spesialis paru-paru dan dilakukan pemeriksaan rontgen toraks low dose CTScan (LDCT) yang biayanya ditanggung BPJS sekali pemeriksaan/tahun.
Se Whan Chon President Director AstraZeneca Indonesia dalam sambutannya mengatakan, apa yang dilakukan AstraZeneca merupakan komitmen untuk berkontribusi pada kesehatan masyarakat Indonesia membangun ekosistem dengan pemerintah,  medical association untuk mendukung sosialisasi  dan implementasi sukses program skrining kanker paru-paru.
Pada awal tahun AstraZeneca menandatangani Nota Kesepahaman dengan Kementrian Kesehatan untuk mendukung pencapaian agenda transformasi kesehatan pemerintah dan sejak itu telah mendukung peluncuran dan sosialisasi program nasional skrining kanker paru-paru serta mendidik para pemuda mengenai risiko merokok dan perokok pasif melalui AstraZeneca Young Health Programme.
AstraZeneca Young Health Programme
AstraZeneca Young Health Programme adalah inisiatif global yang bertujuan memberdayakan para pemuda untuk memberikan informasi terkait kesehatan dan kesejahteraan mereka, dengan fokus pada penyakit tidak menular. Program ini merupakan kerja sama AstraZeneca dengan Plan Indonesia. Pada program ini akan dipilih anak muda usia SMA yang bisa menjadi peer educator, yaitu anak muda yang bisa mengkampanyekan kepada teman-teman sebaya, orang sekitar termasuk orang tuanya mengenai gaya hidup dan pencegahan penyakit tidak menular. Pemilihan peer educator diumumkan di sekolah-sekolah menengah atas di Jakarta, setiap siswa bisa mendaftar dan menyertakan persyaratan lalu akan dipilih yang bisa menjadi peer educator.