Mohon tunggu...
rinasalsabella
rinasalsabella Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobiku menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengungkap Tren Jajanan Viral: Kenapa Hanya Populer Sesaat?

27 November 2024   18:31 Diperbarui: 27 November 2024   18:34 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: pinterest)

Di era media sosial, tren jajanan viral telah menjadi fenomena yang sering terjadi. Mulai dari Cimol mozarella, Es kepal Milo, Pisang nugget, Mochi, dan Cromboloni, semua produk ini pernah menjadi sorotan. Popularitas mereka mendadak melesat dan menciptakan antrean panjang di berbagai tempat, namun tak jarang tren ini juga cepat redup. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan: apa yang menyebabkan jajanan viral hanya bertahan sebentar?

Jajanan viral biasanya muncul dari kombinasi kreativitas produk dan kekuatan media sosial. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube sering menjadi panggung utama bagi tren ini. Konten visual yang menarik seperti warna cerah, bentuk unik, atau cara penyajian yang inovatif mampu memikat perhatian konsumen. Ditambah lagi, ulasan dari influencer dan kreator konten sering kali menambah daya tarik jajanan tersebut. Alhasil, rasa penasaran publik meningkat, dan produk pun menjadi viral.

Namun, sifat viralitas itu sendiri cenderung tidak bertahan lama. Jajanan yang menjadi viral biasanya mengandalkan rasa penasaran konsumen. Setelah mereka mencobanya, daya tarik produk perlahan menurun, terutama jika pengalaman tersebut tidak sesuai dengan ekspektasi. Dalam beberapa kasus, produk viral lebih menonjolkan tampilan atau sensasi sementara dibandingkan kualitas jangka panjang. Ketika konsumen merasa bahwa produk tersebut tidak seunik atau senikmat yang dibayangkan, mereka dengan mudah beralih ke tren baru.

Selain itu, fenomena ini juga dipengaruhi oleh munculnya pesaing yang meniru produk serupa. Ketika sebuah jajanan menjadi viral, banyak pelaku usaha yang berlomba-lomba membuat versi alternatif dengan harga lebih murah atau variasi berbeda. Hal ini membuat pasar menjadi jenuh dan mereduksi nilai eksklusivitas dari produk asli. Tren yang awalnya spesial pun berubah menjadi sesuatu yang biasa dan kurang menarik perhatian.

Faktor lain yang membuat jajanan viral cepat redup adalah sifat konsumen modern yang selalu ingin mencoba hal baru. Media sosial tidak hanya mempercepat munculnya tren tetapi juga mempercepat pergantian tren. Konsumen terus dibombardir dengan rekomendasi makanan baru, sehingga tren lama dengan cepat kehilangan relevansinya. Dalam kondisi ini, pelaku usaha yang tidak mampu beradaptasi dengan kebutuhan pasar akan kesulitan mempertahankan keberlangsungan bisnisnya.

Namun, jajanan viral tidak selalu menjadi tren yang sia-sia. Fenomena ini dapat menjadi peluang besar bagi pelaku usaha untuk memperkenalkan produk mereka ke pasar yang lebih luas. Jika dikelola dengan baik, momentum viral bisa menjadi pijakan awal untuk membangun merek yang kuat. Beberapa pengusaha berhasil mempertahankan eksistensi mereka dengan melakukan inovasi, seperti memperluas varian rasa, menghadirkan konsep unik seperti pengalaman makan yang berbeda, atau meningkatkan kualitas produk secara konsisten.

Bagi pelaku usaha, kunci utama adalah memanfaatkan momentum dengan strategi yang tepat. Diversifikasi produk, memperhatikan umpan balik konsumen, serta berinvestasi dalam pemasaran yang berkelanjutan dapat membantu menjaga bisnis tetap relevan meski tren sudah berlalu. Selain itu, membangun loyalitas konsumen melalui kualitas yang konsisten dan pelayanan yang baik juga merupakan strategi penting untuk menghadapi dinamika pasar yang terus berubah.

Pada akhirnya, tren jajanan viral adalah cerminan dari pola konsumsi masyarakat modern yang dipengaruhi oleh teknologi dan budaya media sosial. Meski sebagian besar tren ini bersifat sementara, mereka tetap menjadi bagian menarik dari perjalanan inovasi kuliner. Bagi pelaku usaha, memahami dinamika tren ini dapat menjadi kunci untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh di tengah persaingan yang semakin ketat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun