Akhir pekan lalu, saya hadir dalam pertemuan dengan seorang komika, bookstatalkgram dan juga penulis, Adit Mkm di sebuah tempat yang bisa disebut sebagai surga kecil bagi anak-anak. Itulah Book by Ibuk, milik sepasang suami istri yang punya misi menjadikan buku sebagai sahabat terbaik sejak anak-anak.
Dengan koleksi buku anak yang cukup banyak dengan beberapa kategori. Dari untuk belum bisa membaca, dengan harapan ibunya yang membacakan, sampai yang sudah bisa membaca. Dari cerita fabel hingga cerita Islam.
Toko  buku kecil di pinggir kota Malang ini, betul-betul membuat saya kagum, mengingat minat baca yang rendah di negeri ini. Usaha yang memerlukan keberanian dan tekad yang tentu saja tak main-main. Hingga sang pemilik memilh mengundurkan diri  dari pekerjaan yang sudah sepuluh tahun dijalani.
Strategi yang dipakai oleh Book by Ibuk untuk menjalankan usahanya adalah 50% koleksi mereka adalah buku anak. Fokus mereka tetap menjual buku pada orang tua yang ingin memberi bacaan ke anak-anaknya, sambil tentu saja berharap orang tuanya juga mau jajan buku-buku lain di sana.
Toko buku yang bertempat di sebuah permukiman tenang ini, Â ternyata cukup banyak mendapatkan permintaan buku anak setiap harinya. Setidaknya memberi harapan baik ditengah gempuran gawai yang dijadikan 'pengasuh' oleh sebagian orang tua.
Bukan hanya itu, toko buku yang dilengkapi dengan ruang baca yang menyenangkan, Â juga banyak meneriima kunjungan dari sekolah-sekolah.
Perjuangan Mas Faqih dan istrinya ini patut diberi apresiasi. Menanamkan budaya baca buku ke generasi berikut, bukan urusan mudah. Karena pada sebagian besar orang tua disini, yang  tak suka membaca, sulit diyakinkan untuk membudayakan baca buku pada anaknya. Mereka hanya menyuruh anak-anaknya membaca buku pelajaran demi mengejar gelar sarjana, yang ujungnya dibutuhkan sebagai standar besarnya gaji.
Lingkungan di mana saya tinggal, sebagian besar adalah pasangan muda dengan anak-anak yang masih kecil. Saya pernah mencoba mengajak mereka untuk membiasakan anak-anaknya membaca, atau dibacakan orang tuanya. Sayangnya sambutan mereka tak seperti harapan. Menganggap harga buku mahal, padahal mereka mampu membelikan gawai pada anak-anaknya. Mereka lebih senang anaknya bersibuk bermain di ponselnya daripada harus membacakan buku untuk mereka. Phubbing.jadi pemandangan sehari-hari tak terelakkan.