Kita boleh mengeluh hanya pada orang yang mampu memberikan solusi, bukan pada media sosial, apalagi pada semua orang. Tak perlu mencari belas kasihan pada manusia, atau playing victim demi mencari atensi. Pada hidup yang dihidupkan, kejujuran, pandainya mengontrol diri, menjadi penyuluh terbaik.
Ketika perceraian tak terelakkan, aturlah semua agar tak semakin menjorokkan diri dalam lubang sakit dan derita yang dalam. Bukan hanya bagi diri sendiri, pun bagi yang pernah dicintai, yaitu pasangan kita.
Siapa di dunia ini yang tak memiliki aib? Tak ada!
"Tapi dia menjelek-jelekkan saya di pengadilan! Saya harus membalasnya." seru seseorang penuh rasa kesal.
Siapa yang tak sakit bila mendapatkan perlakuan tak seharusnya, apalagi difitnah. Sebagian besar orang akan mendukung bila dia membalas hal tersebut, menganggap sebuah kewajaran. Tetapi kita mesti ingat, bahwa suara terbanyak tak menjamin sebuah kebenaran.
"Semua akan berlalu. Tak ada yang abadi di dunia ini."
Mungkin nasihat di atas dianggap klise, tetapi bila kita mau sejenak berpikir, begitu dalam maknanya. Bahwa setiap masalah sepelik apa pun, pasti akan berakhir. Setiap kesenangan pun kebahagiaan juga akan berakhir. Semua ada waktunya. Sepanjang apa pun lidah berkata, ada saatnya dilupakan. Seheboh apa pun kejadian, ada masa orang tak lagi peduli.
Lihat ketika dua orang yang dulunya saling mencinta, bertarung di pengadilan untuk bercerai, hanya sedikit yang berada dalam kehati-hatian untuk menutup setiap aib yang ada pada keduanya. Saling berbalas, bahkan tak ragu sampai ada yang menghadirkan kesaksian palsu demi mendapat 'keuntungan' yang ujungnya hanya menimbulkan luka.
Bahkan yang setengah mati menutup aib, sekarang pun harus menghadapi kondisi di mana setiap yang berperkara dengan segala prosesnya bisa diakses bebas melalui situs pengadilan. Tak ada yang lebih baik dari bersibuk mencari aib sendiri dibanding harus membuka dan mengetahui aib orang lain melalui sebuah tulisan atau berita, yang belum pasti kebenarannya.
Seperti kata Seno Gumira pada sebuah acara,"Tak ada kebenaran mutlak di dunia ini, juga dengan kesalahan."
Mata hanya melihat sebatas yang ingin dilihat. Kebenaran ... menurut siapa? Kesalahan ... menurut siapa?