Hidup haruslah hidup, haruslah bergerak. Jika hanya diam, bukanlah kehidupan.
Sakit itu nikmat, sebagaimana sehat. Jika sehat kita syukuri, maka sakit harusnya juga kita syukuri. Bukan malah dikeluhkan apalagi dijadikan bahan olok-olok. Adanya dokter adalah untuk mengetahui apa yang sedang terjadi pada tubuh kita saat sakit. Untuk menjadi seorang dokter butuh proses yang panjang. Bukan hanya kuliah, juga biaya yang tidak sedikit, belum lagi harus menjalani ko-as, akan bertambah lagi bila harus menjalani program spesialisasi, juga menjadi super spesialis.
Ironisnya, di sini, masih banyak yang lebih percaya pada 'orang pintar' yang entah darimana kepintarannya. Diberi 'obat' apa saja oleh mereka diikuti, bahkan bila harus minum dari bekas minumnya. Belum lagi yang mampu melempar kalimat bila penyakitnya karena santet, guna-guna dan lainnya. Maka, penyakit raga belum sembuh, ditambah sakit pikirannya karena menduga-duga dan dipenuhi prasangka buruk.
Jika saja kita mau 'semeleh' sebentar saja saat kita sakit, maka mungkin saja kita akan mampu menikmati sakit itu sebagaimana nikmat sehat. Bersabar dalam menjalani proses penyembuhan dan tak menggerutu.
Saat sakit, ada baiknya kita kembali bertanya pada diri sendiri, kezaliman apa yang sudah kita lakukan pada tubuh sendiri. Entah pola makan yang salah, atau perlakuan yang salah pada tubuh sendiri. Bukan menyalahkan keadaan. Saat kita mau menerima dan menyadari kesalahan sendiri, sebenarnya sudah jadi bagian penyembuhan itu sendiri.
Sakit tetap akan datang, bila memang sudah waktunya datang. Sekalipun Anda sudah jalankan pola hidup sehat. Jika sudah demikian, ada baiknya untuk tetap bersabar sembari mengevaluasi, sudah benarkah memaknai kata sehat itu sendiri. Kita tentu belum lupa, bagaimana seorang selebritas yang terkenal dengan gaya hidup sehatnya yang diunggah rutin di media sosialnya, terkena covid-19 di awal masa karantina lalu. Juga masih ingat dengan seorang nenek yang luar biasa, karena dulu kena flu Spanyol saat pandemi, juga terkena covid-19 dan sembuh.
Masa pandemi sekarang, ada baiknya selain yang memiliki ilmunya, menahan diri untuk tidak menggiring opini yang tak bermanfaat apalagi menyesatkan banyak orang. Miliki empati, bahwa sudah banyak keprihatinan yang dialami banyak orang, jangan memperkeruh.
Orang lain berlomba menerapkan gaya hidup sehat, Anda sendiri menerapkan gaya hidup sakit dengan terus menggiring opini orang, juga memprovokasinya. Jika masih banyak jalan kebaikan, mengapa harus membelokkan orang lain ke jalan yang sebaliknya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H