Mohon tunggu...
Rina R. Ridwan
Rina R. Ridwan Mohon Tunggu... Penulis - Ibu yang suka menulis

Pembelajar Di Sekolah Kehidupan Novel: Langgas (Mecca, 2018) Sulur-sulur Gelebah (One Peach Media, 2022) Kereta (Mecca, 2023) IG: rinaridwan_23

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Buku Meluruhkan Liku

23 April 2020   14:36 Diperbarui: 23 April 2020   14:39 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Background by Unsplash. Edited by me with canva.

Satu hal yang tak henti saya syukuri adalah memiliki ayah pecinta ilmu, pecinta buku. Sedari kecil, saat belum bisa membaca pun, melihat ayah membaca sudah menjadi hal biasa. Ada kedamaian dan ketenangan di wajah beliau saat membaca. Tak jarang pembicaraan paling menyenangkan dan menenangkan kami berdua, terjadi karena buku.

Buku dalam benak setiap orang, tentu saja punya arti yang berbeda. Pemaknaan yang beraneka, sebagaimana tulisan yang ada di dalam setiap buku. Setidaknya, kesepakatan bila buku membuka jendela dunia sudah terjadi.

Dunia memiliki dua makna, yang tersirat dan tersurat. Semua bisa dibuka lewat buku-buku yang kita pilih untuk dibaca. Sebanyak apa pun buku yang terbaca, tak akan pernah mengenyangkan para pencari ilmu, pencari hakikat.

Arti buku bagi saya adalah sebuah petualangan. Membaca buku bisa dilakukan di mana saja, di saat bersuka, juga saat berduka. Sebuah hiburan yang tak hanya mampu membuat  kita tertawa, namun juga mampu membuat tergugu menertawakan diri sendiri. Ada pembeda yang tak terbantahkan di antara para pembaca buku aktif dan yang pasif.

Pada yang pasif, membaca hanyalah untuk meraih nilai yang diharapkan. Buku-buku pelajaran dibaca sebagai kebutuhan pengakuan di buku rapor hingga ijazah. 

Buku-buku yang tak jarang memaksa mereka terjaga untuk mencapai tujuan tertentu. Usai pencapaian itu teraih, buku-buku itu teronggok di sudut yang sunyi. Membaca bukan sebuah kebutuhan, namun keterpaksaan.

Pada yang aktif, membaca adalah sebuah kebutuhan. Bersekolah atau tidak, sarjana atau bukan, dia terus membutuhkannya sebagaimana kebutuhan untuk makan. Dengan aktif membaca, membuat otaknya rutin menerima asupan vitamin.

Berapa banyak orang berhenti membaca setelah mendapatkan gelar sarjana? Penelitian beberapa tahun yang lalu, sekitar 65% sarjana Indonesia melakukannya. 

Jadi jangan heran, bila yang bergelar sarjana dan berhenti membaca, bisa dilkalahkan orang yang bukan sarjana tetapi aktif membaca. Hanya satu yang mungkin dikalahkan yaitu standar gaji yang di sini selalu disesuaikan dengan gelar akademis.

Membaca membuka banyak pintu-pintu penyelesaian hidup, meluruhkan likunya.  Karena dengan membaca, kita bisa melawan kedangkalan pikiran. Kita tak lagi membutuhkan 'katanya', apalagi pendapat kebanyakan yang belum tentu kebenarannya. Dengan membaca, kita akan menjadi pemikir yang kritis.

Buku yang dibaca, diakui atau tidak, akan mempengaruhi pembacanya. Melenakan pembacanya, terlebih saat sudah fanatik pada penulis tertentu. Buku yang baik, menurut saya, tentu saja bukan hanya sekadar mampu menggerakkan, namun juga mampu menggerakkan ke arah yang lebih baik. Merobek batas pemikiran yang sempit, juga ketakutan yang tak beralasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun