Berbicara soal pengenalan diri dan personal branding isu yang sekarang marak diperbincangkan oleh generasi z. Mereka menanyakan sebenarnya bagaimana dirinya sendiri berproses dan berkembang.  Sebetulnya proses pengenalan diri sejatinya dimulai diri sendiri bukan dari orang lain. Potensi yang ada pada diri sudah seharusnya dikembangkan tidak hanya dipendam bahkan tidak dimanfaatkan dengan baik. Seseorang yang tidak mengenali dirinya sendiri dinamakan krisis identitas, mereka lebih paham dengan kondisi orang lain tetapi tidak dengan dirinya sendiri. Mereka sedang mengalami (holomen) kekosongan jiwa, diibaratkan layangan yang sedang naik tinggi ke atas.  Sudah diatas ada angin kemudian masalah datang sehingga tidak kuat untuk menahan petir serta angin jatuh dia layang-layangnya. Ketika kita tidak memiliki branding diri atau konsep diri, maka tidak akan tahu siapa kita  akan kemana arahnya. Pentingnya memiliki konsep diri agar mengetahui sebenarnya jalannya akan seperti apa tidak disetir oleh orang lain.
Dr. Enung Asmaya., M.A selaku dosen dan psikolog juga menyampaikan bahwa generasi z merupakan korban dari fenomena yang menerpa. Sehingga apapun dicoba dan diketahui tetapi tidak memiliki jati diri atau konsep diri sehingga akhirnya semua dikonsumsi. Akan ada satu zaman yang mana anak tidak lagi membanggakan orang tuanya yang melahirkan, membiayai. serta mendo'akan setiap hari. Justru yang dibanggakan lebih kepada idolanya yang disana. Tidak lagi membanggakan gurunya tetapi membanggakan orang Korea sebagai idolnya. Kata lain ketika misalkan dia mengenali jati dirinya tidak mungkin serta merta kebingungan dengan tawaran-tawaran yang datang.Â
Cara untuk mengenali diri ada 2 yaitu dengan Nubuwah diri dan orang lain. Nubuwah diri merupakan instrumen yang bisa dikenal dengan diri kita. Dengan cara muhasabah diri,merenungkan diri serta refleksi disitulah kita akan tahu siapa diri kita. Permasalahannya yaitu tidak ada waktu dan tidak dianggap penting bahkan menganggap kita bisa menghadapi tanpa harus cape mengkonsep diri. Adanya pengabaian diri, itulah hal yang salah karena di era modern banyak sibuk dengan tuntutan zaman dan fasilitas. Terus-terusan bekerja serta memaksa untuk produktif diri menjadi dipaksa untuk keluar tidak memikirkan yang didalamnya. Padahal sebetulnya dalam sudah lelah tetapi tidak pernah diakui dan dipaksa secara terus menerus. Lebih kepada menyenangkan orang lain daripada diri sendiri.Â
Manfaat jika kita merunduk kebawah, bisa lebih kenal dengan Allah Swt,kuasa Allah Swt, kekuatan diri, potensi diri, sayangnya kita tidak ada waktu untuk melakukan hal tersebut, Di dalam teori shycoanalis juga terdapat alarm-alarm diri, kapan diri merasakan senang dan sedih itulah piranti-piranti yang disediakan oleh Allah Swt. Secara tidak sadar biasanya disaat menangis dan merasakan lelah sudah seharusnya kita berhenti. Namun kenyataanya lebih untuk memaksakan diri kuat dan terus kuat. Yang kedua orang lain, biasanya dengan mode berinteraksai dengan teman dan orang tua. Mereka yang bisa menjadi orang yang bisa mengawal kita. Biasanya orang yang jendelanya terbuka akan gampang terbuka diingatkan oleh orang lain. Namun ketika orang yang jendelanya tertutup tidak akan bisa sekali diomongkan harus diulang-ulang baru bisa tahu kekurangannya.
Personal branding diartikan dengan diri kita ingin seperti apa. Langkahnya harus mengenali kekuatan didalam diri. Branding yang diberikan jangan tipu-tipu tetapi apa adanya. Supaya bertanggung jawab dengan branding yang kita punya. Agar berkesinambunagan dan siap sebagai tugas, peranannya, kewajiban serta menerima haknya. Personal branding dibentuk dari tahapan awal, mengenali kekuatan, mengembangkan kekuatan, menjadi sesuatu yang berharga dalam diri. Berharga berarti kita bisa menilai bahwa kita mampu. Tantangan di dalam membangun personal branding adanya persaingan. Persaingan tidak hanya dari orang lain tetapi diri sendiri. Momen ketika tidak menghargai itulah yang akan melemahkan diri sendiri. Jangan malu untuk mengakui apa yang kita punya harus bangga. Ketika sudah membanggakan diri persaingan akan menjadi peluang karena tahu kekuatannya disitu dan bisa dioptimalkan.
Penulis : Tia Anggraeni
Editor : Rina Rakhmah Farkhani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H