Di Indonesia, permasalahan terkait pendidikan setiap tahunnya tidak pernah ada habisnya, melainkan selalu bermunculan permasalahan-permasalahan yang baru. Banyak sekali permasalahan yang belum menemukan titik terang, namun sudah muncul banyak permasalahan baru yang semakin kompleks. Perbaikan-perbaikan yang direncanakan rasanya hanya terealisasi dengan baik diwilayah perkotaan yang notabene memiliki akses yang mudah dan tidak memiliki kendala yang berarti.
Berbeda lagi jika berbicara pada wilayah pedesaan atau bahkan pelosok Indonesia, dimana permasalahan pemerataan khususnya pendidikan banyak sekali ditemui. Mulai dari jalur atau Medan menuju lokasi yang sulit diakses, sarana dan prasarana sekolah yang sudah tidak layak, tim pengajar atau guru yang sedikit dan masih banyak lagi. Serta kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pendidikan.
Jika kita mendengar dan melihat berita-berita yang muncul di layar televisi, miris sekali melihat ternyata masih banyak saja wilayah di Nusantara yang seolah terisolasi dari gemerlapnya perkotaan. Salah satu penyebab utamanya adalah akses jalur menuju lokasi tersebut yang cukup sulit, bahkan banyak sekali yang terlihat sangat memprihatinkan. Padahal sudah sejak lama hal tersebut mendapat liputan dari berbagai stasiun televisi, mereka menunjukkan betapa parahnya jalanan yang harus orang-orang disana lalui demi pergi ke kota guna memenuhi kebutuhan pangan.
Tidak hanya itu, anak-anak juga harus menempuh jarak yang jauh dan sulit seperti melalui sungai yang deras, melewati bukit, dari desa ke desa dll hanya untuk sampai ke sekolah yang sekali perjalanan saja bisa memakan waktu satu jam bahkan lebih. Tetapi bagaimana kelanjutan? Masih banyak anak-anak di pelosok sana yang sampai saat ini masih merasakan kesulitan memperoleh ilmu di era yang sudah serba canggih ini.
Kendala lainya adalah kurangnya tim pengajar atau guru bagi anak-anak wilayah pelosok. Begitu kompleksnya permasalahan bagi anak-anak dipelosok sana demi memperoleh pendidikan yang layak. Sebenarnya bukan salah dari para guru yang terkesan hanya sedikit yang mau dengan ikhlas mengabdikan diri di daerah pelosok. Jarak yang jauh, Medan yang sulit, sarana dan prasarana sekolah yang sangat memprihatinkan, gaji yang minim dll.
Terkait beberapa diantaranya mendapatkan gaji yang berasal dari swadaya seikhlasnya dari masyarakat bukan gaji pokok dari pemerintah. Tentunya hal tersebut tidak sebanding dengan perjuangan para guru yang rela menempuh jarak yang tidak kalah jauhnya dari yang anak-anak tempuh demi sampai ke sekolah. Namun, diluar permasalahan ini guru-guru tersebut melakukannya dengan ikhlas demi membantu anak-anak yang berada di wilayah pelosok untuk mendapatkan haknya yaitu memperoleh ilmu.
Hal seperti ini seharusnya menjadi bahan evaluasi pemerintah, semakin memberikan perhatian lebih dalam terkait pemerataan pendidikan diseluruh Indonesia agar setiap anak yang akan menjadi generasi penerus bangsa mendapatkan hak yang sama  dalam memperoleh pendidikan. Bukan hanya mendengar janji yang diucapkan, kebijakan yang ditetapkan, tapi yang dibutuhkan adalah tindakan sebagai bukti nyata.
Katanya keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Tetapi yang mereka rasakan tidak seperti apa yang para petinggi itu gembor-gemborkan seperti ketika pemilu akan dilangsungkan. Ketika pemilu suara mereka begitu diharapy tetapi setelah itu janji yang telah disuarakan tak mereka dapatkan. :(
Harapan untuk pendidikan di Indonesia semoga pemerataan segera dapat dirasakan oleh semua, pemerintah melakukan kewajibannya, anak-anak bangsa dan para guru mendapatkan fasilitas yang memang seharusnya mereka dapatkan. Aamiin. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H