Tanggal 26 April 2010 lalu mungkin menjadi salah satu momen yang paling ditunggu-tunggu sekaligus tidak akan terlupa bagi siswa-siswi kelas XIII SMA se-Indonesia. Betapa tidak, di tanggal itu sebuah keputusan besar dikumandangkan secara akbar di seluruh selasar nusantara. Keputusan yang akan menentukan masa depan keberlangsungan pendidikan mereka. Ya, hasil Ujian Nasional 2010.
Begitu antusiasnya para pelajar bangsa ini menanti hasil ujian mereka sampai-sampai dikabarkan oleh Antara, ratusan siswa SMA Negeri 1 Dukuhpuntang, Kabupaten Cirebon menyerbu Kantor Pos Sumber, Senin sekitar pukul 10.00 WIB sebab tidak sabar ingin mengetahui hasil ujian nasional (UN)1. Mereka menghadang petugas pos yang akan mengirimkan surat pemberitahuan pengumuman yang rencananya akan dibagikan ke rumah siswa masing-masing. Bahkan di Samarinda, menurut berita Antara, sebanyak 300 polisi dari berbagai satuan di Poltabes Samarinda, Kalimantan Timur, dikerahkan tidak hanya untuk mengawal pengumuman hasil ujian nasional, tetapi demi alasan pengamanan agar pengumuman UN di Samarinda berjalan lancar, tertib dan aman2.
REAKSI YANG TERJADI
Ada guratan-guratan cemas yang menjadikan mendung di wajah anak-anak bangsa itu. Dari Tarakan misalnya, ditemui Tribunkaltim.co.id., Hasriyani mengungkap kesedihannya ketika membuka lembaran pengumuman tersebut, ia dinyatakan harus mengulang kembali ujian Mei nanti. Ia menangis tanpa perlu aba-aba. "Yah Allah kenapa bisa seperti ini padahal setiap hari aku belajar, dan setiap hari aku berdoa kepadamu. Kenapa aku bisa mengulang lagi," ujarnya diiringi airmata3.
Bahkan Desi salah satu pelajar jurusan IPA di MAN, terlihat syok saat membuka lembaran pengumuman kelulusannya. Gadis berusia 17 tahun itu sontak menangis sambil menjerit. "Mama aku tidak mau mengulang. Mama aku mau mati saja. Pokoknya mau mati saja daripada harus mengulang," teriaknya sembari di peluk mama tercinta4. Ah, pilu hati ini.
Lain halnya bagi mereka yang didaulat lulus. Tentu sudah tak terkatakan bahagia yang dirasa. Sebut saja Irfansyah, siswa SMAN 2 Bandarlampung. Ia berujar, seperti yang dilansir oleh media ANTARA News di Bandarlampung, "Saya merasa sangat bersyukur karena satu tahapan hidup saya sudah selesai. Sekarang tinggal memikirkan langkah ke depan.” Ada cerah di wajahnya, secerah harapannya mencoba ikut ujian masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia5. Semoga berhasil, nak.
HASIL YANG DIDAPATI
Tak menjadi sangkalan ketika hasil UN 2010 ini digemakan masih ada saja pihak-pihak yang tidak puas dan merasa menjadi korban. Lulus dan tidak lulus menjadi sebuah harga mati yang tak bisa ditawar. Aah…andai boleh berkata andai: andai saya memiliki argumen yang juga berharga mati untuk menolak adanya UN, yang seolah menyingkirkan proses pembelajaran selama 3 tahun itu. Sebab, seperti yang diungkap oleh pakar pendidikan dari Unesa, Martadi MSN, “Hasil unas dipakai untuk masuk perguruan tinggi.”
Satu hal yang kemudian juga perlu dihayati yakni UN bukan menjadi satu-satunya ukuran keberhasilan pendidikan. Wali Kota Surabaya, Bambang D.H. seperti yang dikutip Jawa Pos menambahkan, "Itu hanya salah satu indikator keberhasilan.”6 Namun nyatanya saya masih seorang pendidik awam yang saat ini hanya baru bisa berusaha membuat siswa-siswa saya nyaman belajar di kelas dan tidak merasa ‘menderita’ sebab keberadaan saya.
Dari Jakarta, Metrotvnews.com mengabarkan hasil ujian nasional (UN) sekitar 12.583 siswa sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK) di Jakarta tahun ajaran (TA) 2009/2010 yang tidak lulus hampir 10 persen, tepatnya sekitar 9,4% dari jumlah siswa yang ikut ujian akhir total 133.866 peserta. Sebanyak 90,6% peserta lainnya dinyatakan lulus7.
Lain halnya di Denpasar dikutip dari berita ANTARA, tingkat ketidaklulusan Ujian Nasional 2010 untuk siswa SMA/SMK di Bali hanya 2,75 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan persentase provinsi lainnya di Indonesia. Dari 25.562 siswa yang mengikuti ujian, 702 orang diputuskan mengikuti ujian ulang Mei nanti8. Selain menempati posisi wilayah yang persentase ketidaklulusannya paling rendah, provinsi Bali didaulat sebagai pencapai nilai rata-rata UN tertinggi dari 34 provinsi di Indonesia yaitu sebesar 8,089.
Ada haru yang mengiringi jejak kenaikan persentase kelulusan tahun ini, ada sedikit pilu yang mengikuti penurunan persentase ketidaklulusan di berbagai daerah. Naik dan turunnya persentase kelulusan seharusnya tidak berhenti pada kata puas dan kurang puas semata, melainkan hendaknya menjadi bahan renungan untuk semua pihak. Aah..membaca beberapa hasil UN dari berbagai penjuru daerah dimana angin dari sumber yang sama berhembus, membuat saya merasa perlu memancangkan kembali hati di jalur ini. Saya ingin ada untuk mereka, menjadi salah satu pihak yang ikut mengantarkan siswa-siswa saya ke kesuksesannya.
SOLUSI Di 10-15 MEI NANTI
Ketidaklulusan untuk sebagian pihak mungkin bukan celaka, tapi bagi mereka yang merasakannya itu adalah malapetaka. Banyak duga yang disinyalir sebagai faktor ketidaklulusan siswa. "Ada kemungkinan turunnya persentase kelulusan ujian nasional (UN) tahun ini akibat siswa terpengaruh bocoran jawaban yang beredar di kalangan peserta menjelang pelaksanaan ujian,"kata Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Suyamsih, yang dilansir berita Antara di Sleman beberapa waktu lalu10.
Siapakah yang patut menjadi sasaran kesalahan sebab adanya bocoran itu??
Ah…sudahlah, masih banyak hal pokok dan lebih penting ketimbang mencari pelaku macam itu. Berbagai upaya dilakukan beberapa pihak khususnya pihak sekolah untuk mengantisipasi ketidaklulusan siswa-siswanya yang tidak hanya soal perbaikan akademik tetapi juga sisi psikis yang banyak menyerang siswa.
Solusi ditawarkan oleh SMAN 55 di daerah Duren Tiga contohnya, yang menyelenggarakan ‘Klinik Pembelajaran’, yakni semacam kegiatan pembelajaran intensif yang ditujukan bagi siswa-siswa yang belum lulus. Tujuannya yakni mempersiapkan ke-29 siswa agar berhasil melewati ujian nasional ulangan yang dimulai 10 Mei mendatang11.
"Pendekatan kepada siswa bukan hanya akademis, melainkan juga non-akademis. Misalnya, (pendekatan) secara personal dan psikologis karena dia mengalami stres. Jangan malah dimarahi," ujar Pono Fadlulah, Kepala SMAN 68, Salemba, Jakarta Pusat, yang ditemui KOMPAS Senin lalu12. Sebab menurutnya lagi masalah ketidaklulusan itu bukan hanya salah siswa dan gurunya. Ada banyak faktor. Dengan tertunda kelulusannya ini saja siswa sudah punya beban psikologis berat.
Dan bagi mereka yang lulus, Kepala Dinas Pendidikan DKI Taufik Yudi Mulyanto mengharapkan, perlu introspeksi diri sebab masih ada studi lain untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi13. Beliau mengingatkan bahwa masih ada teman-teman sesama pelajar yang belum lulus, dan memerlukan suntikan motivasi yang lebih sehingga bisa kembali ceria menjalani intensif untuk perbaikan UN sekitar tanggal 10-15 Mei mendatang.
Ah…banyak ekspresi di hari bersejarah itu yang bisa ditangkap dan diabadikan tidak hanya oleh kamera-kamera canggih, melainkan oleh kedua mata dan hati ini. Betapa rona cemas, lantunan doa dan harap, gelak tawa bahkan dentuman syukur serta hujatan disertai airmata melarut sempurna tanpa bias. Namun di sudut-sudut hati kami para pendidik, dua hal yang berseberangan, tawa-duka, sedih-bahagia, lulus-mengulang, di hari itu menjadi satu moment yang mendilemakan bathin dan benak. Secuil harap yang terus mendzikir di lisan-lisan kami, semoga tahun depan hanya ada satu emosi yang bisa dipilih: BAHAGIA. Hanya ada satu kata untuk semua: LULUS.
Meski untuk itu kami, para pendidik, harus merogoh waktu lebih banyak, berkutat lebih giat dalam membelajarkan siswa-siswa kami, memutar otak lebih sering mencari ‘jalan halal’ demi meluluskan putera-puteri bangsa dengan kebanggaan yang tiada bisa berbalas nilai. Sebab di tangan mereka, kelak kedaulatan Indonesia digenggam.
Selamat hari pendidikan. Semoga wajah sendu dalam dunia pendidikan bangsa kita bisa berganti tawa dengan sejuta kemajuan sehingga bisa mendudukan Indonesia pada bilangan belahan dunia kedua, bukan lagi ketiga.
***
Untuk bangsa tercinta beserta isinya...
ps. berbagai sumber (tulisan ini diikutsertakan pada kompetiblog Indonesia Berprestasi dalam menyambut bulan pendidikan)
kunjungi pula rumah hati saya:
http://duniarinaokta.blogspot.com/2010/05/tawa-dalam-wajah-sendu-pendidikan_02.html
http://mysouldeclaration.wordpress.com/2010/05/02/tawa-dalam-wajah-sendu-pendidikan-bangsa/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H