Mohon tunggu...
rina okta
rina okta Mohon Tunggu... -

hmm... i'm just an ordinary one...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

GELIAT ANAK BANGSA MENUJU PENDIDIKAN SEMESTA

2 Mei 2010   12:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:27 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Orang yang berpendidikan selalu bisa menyelesaikan masalahnyaHj. Maqbul, Alangkah Lucunya (Negeri Ini)

Yang penting punya penghasilan, pendidikan itu penting kalau ada koneksiHj. Sarbini, Alangkah Lucunya (Negeri Ini)

Dua pernyataan yang saya ingat ketika menyaksikan film nasional bertajuk Alangkah Lucunya (Negeri Ini)besutan sutradara kawakan Deddy Mizwar. Sesaat saya tertawa, sembari berpikir, tentunya kedua haji tersebut tidak serta merta mengeluarkan kalimat sakti mereka tentang pandangannya terhadap pendidikan. Sangat diakui bahwa permasalahan pendidikan cukup krusial dan memiliki porsi yang seharusnya lebih besar untuk diselesaikan. Kita tidak bisa tidak acuh dengan kenyataan banyaknya pendapat bahwa antara yang tidak berpendidikan dan yang berpendidikan itu sama saja: sama-sama sulit mencari kerja.

Seperti argumen salah seorang anak jalanan pada sebuah forum diskusi:


“Untuk apa sekolah? Paling hanya untuk mendapatkan selembar kertas (ijasah –red). Untuk apa ijasah? Untuk bisa dapat kerja? Ga ada jaminan kalo sekolah bisa kerja. Lulusan-lulusan terkenal ajabisa nganggur, belum lagi ijasah yang bisa dibeli. Mendingan juga langsung kerja, umur ga sia-sia, terus dapat duit juga.”1

Tapi kemudian, pertanyaan saya dalam benak, apakah pendidikan hanya sebatas untuk mencari kerja?

PENDIDIKAN DAN FAKTA YANG MENGELILINGI

Tidak bisa menutup mata jika pendidikan di Indonesia masih belum semaju pendidikan di negara-negara lain, bahkan di negara-negara serumpun. Laporan Monitoring Global yang dikeluarkan lembaga PBB, UNESCO tahun 2005, posisi Indonesia berada pada nomor 10 dari 14 negara berkembang di kawasan Asia Pasifik, posisi pertama diraih oleh Thailand. Sementara menurut hasil survei World Competitiveness Year Book tahun 2007 dari 55 negara yang disurvei, Indonesia menduduki posisi 53.2 Dan info terakhir mengenai kualitas pendidikan Indonesia seperti yang dituturkan Jusuf Kalla, Indonesia berada di urutan 160 dunia dan urutan 16 di Asia.3 Namun kenyataan tersebut bukan menjadi alasan bagi kita untuk menghujat pendidikan di negara ini sekarat. Melainkan sebagai lonceng keras bahkan cambukan kuat untuk kita memicu diri ikut membantu membangunkan pendidikan negara kita yang masih tertidur lelap.

Lalu permasalahannya dimana? Mungkin pertanyaan itu mampir di benak siapa saja yang melihat kondisi pendidikan di negara kita. Dan saya jadi teringat jawaban seorang dosen salah satu universitas di Surabaya ketika ditanya soal tersebut.


Jika Anda bertanya tentang letak masalah pendidikan Indonesia, maka sama halnya Anda bertanya dimanakah letak sudut sebuah bola –Prof. Sunarto, UNESA

PENDIDIKAN DAN DEDIKASI

Katakanlah Indonesia masih tertinggal dalam hal mutu pendidikan. Katakanlah kualitas sarana fisik masih rendah sehingga sulit mengoptimalkan kemampuan siswa. katakanlah keadaan guru yang belum berada pada level rata-rata profesionalisme menjalankan tugas. Katakanlah kesejahteraan guru pun masih belum ideal. Katakanlah pencapaian prestasi anak-anak Indonesia di mata internasional masih berada pada tingkat yang mengkhawatirkan (tingkat penguasaan materi bacaan soal-soal Fisika dan Matematika hanya 30% ). Katakanlah kesempatan pendidikan yang belum merata sebab biaya pendidikan yang mencekik leher dan hanya bisa dinikmati oleh kalangan berfinansial lebih.4 Katakanlah masih adanya budaya katrol mengatrol nilai bahkan membentuk tim sukses ketika ujian nasional.5 Katakanlah Indonesia memiliki kebiasaan berganti kurikulum seiring dengan bergantinya menteri.6

Lalu salah siapa terjadi demikian?

Tak penting rasanya mencari siapa yang patut dipersalahkan, sebab bagai meluruskan benang yang kusut, sementara kekurangmajuan pendidikan kita masih terus melarut dalam senyawa kehidupan, tidak hanya di tingkat Asia melainkan di seluruh dunia.

Hal bijak yang bisa dilakukan saat ini adalah berkaca pada diri sendiri lalu melihat posisi kita, entah sebagai pendidik, pengambil keputusan lembaga pendidikan, pengamat pendidikan, orangtua, masyarakat umum biasa, bahkan sebagai diri siswa itu sendiri, tetap harus memiliki andil dalam kemajuan dunia pendidikan Indonesia, sekecil apapun itu. Sebab kita ada untuk membuat pendidikan jadi tak lebih rumit, syukur-syukur menjadi salah satu pandu yang mengangkatnya ke permukaan dunia. Sebab kita hadir tidak semata-mata menjadi penggembira melainkan pioneer yang menggerakkan pendidikan negara dari keterdiamannya. Sudah saatnya anak-anak bangsa menjadi sorotan semesta, bukan lagi penonton yang hanya bertepuk tangan dan tertawa di pinggir arena.

PENDIDIKAN DAN INOVASI

Mengutip pernyataan di sebuah ulasan tentang pendidikan terbaik di dunia, Finlandia, yaitu Education is a factor for competitiveness.7 Saya yakin semua bangsa sependapat dengan hal tersebut, termasuk Indonesia. Kita tak perlu merasa bersusah hati sebab belum mampu mengungguli banyak negara soal pendidikan. Yang perlu dilakukan adalah tetap berusaha membuat masyarakat sekitar pada umumnya dan generasi-generasi bangsa khususnya, percaya bahwa pendidikan merupakan alat untuk memajukan diri dan negeri ini. Terbukti sudah banyak inovasi yang dilancarkan demi menaikkan kualitas pendidikan kita. Pemerintah dan semua elemen masyarakat sedikit banyak telah menawarkan solusi dalam upaya pengentasan problema pelik ini.

Mulai dari sertifikasi guru8 yang diniati untuk meningkatkan kesejahteraan pendidik yang kemudian diharapkan berdampak pada kinerja di lapangan: menjadi lebih berenergi dan bersemangat membantu siswa menggali ilmu yang ada dan mengembangkan potensi diri siswa. Dana BOS yang tahun ini mengalami kenaikan sebagai upaya memenuhi anggaran pendidikan 20 persen dalam APBN9 sehingga bisa sedikit-sedikit membantu ketidakmampuan siswa soal pembiayaan sekolah.

Lalu penelitian-penelitian tentang metode/strategi/pendekatan/model pembelajaran dari para sarjana, master, dan doktor bahkan profesor di bidang pendidikan yang tujuannya agar pembelajaran yang dilakukan siswa lebih efektif, efisien, tepat sasaran dan sesuai instruksi pengajaran. Dan yang cukup menarik akhir-akhir ini yaitu paradigma baru pendidikan yang mulai beralih dari teacher center menjadi student center, dimana siswa tidak hanya diberi keleluasaan untuk mengontruksi dan menemukan pengetahuannya sendiri dengan guru sebagai fasilitator, melainkan siswa juga dibantu oleh para pendidik mengoptimalkan seluruh kemampuannya, baik gaya belajar, kecenderungan kecerdasan ganda, tingkat perkembangan kognitif sampai kepribadian (termasuk IQ, EQ, SQ).

PENDIDIKAN DAN HATI

Tugas guru tidak hanya mengajarkan ilmu pasti atau ilmu sosial, melainkan untuk mendidik siswanya sehingga memiliki tanggungjawab dan mengarahkan mereka menjadi manusia yang berbudi luhur. Inilah dua tugas guru yang tidak mudah. Sebab mereka para guru harus mampu membentuk karakter dan mencerdaskan anak didiknya. Jadi profesi guru itu bukan hanya sekedar pelampiasan atau jalan alternative mencari nafkah. Ada tugas besar disana. Dimana hanya orang-orang yang punya komitmen tegar yang mampu bersabar di jalan itu.

Sepertinya kita perlu belajar pada guru-guru Finlandia.


Kehebatan sistem pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi.10

Dan kini wajah pendidikan kita sudah mulai ‘ramah’. Maraknya kasus yang melibatkan emosi bahkan menghadirkan polisi dalam ranah pendidikan ternyata cukup membuat sebagian pendidik berpikir bahwa dunia telah berubah, karakteristik anak-anak yang lahir pun telah jauh berbeda. Perlu ada penyesuaian dalam pengajaran. Dan ‘mendidik dengan hati’ diyakini menjadi salah satu teknik penting yang harus diikutkan dalam interaksi guru-siswa. Sudah saatnya iklim pendidikan kita menyemaikan situasi yang dapat menyuburkan spirit mendidik dengan hati. Belakangan buku-buku bertema ini mulai bermunculan di pasaran, sebut saja salah satunya karya yang dilahirkan oleh seorang Doni Ronnie M berjudul Seni Mengajar Dengan Hati.11

PENDIDIKAN DAN TUJUAN TERTINGGI

Jika ditanya apa pendidikan sebenarnya, maka jawabannya bisa berupa-rupa. Namun idealnya tetap mengacu pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:


Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.12

Wah, ideal sekali ya. Tapi bagi saya pribadi pendidikan bukan hanya sekedar untuk mencari kerja semata. Ada tugas yang lebih bermakna dari itu. Pendidikan merupakan alat untuk menciptakan, memajukan sekaligus menjaga peradaban manusia. Dan generasi bangsa ini perlu mengecap pendidikan sebab di tangan mereka keberlangsungan dan eksistensi negeri Indonesia Raya Tercinta ini dipertaruhkan. Di pundak-pundak mereka tanggungjawab, amanah, tugas perkembangan dan kesejahteraan tanah kaya ini digenggam.

Lalu akan dibawakah kemanakah pendidikan Indonesia ini? Yang lebih baik pastilah. Dan menuju kesana dibutuhkan cara-cara baik pula. Tak cukup hanya niat, meski dengan kekuatan yang terbatas, harus tetap melakukan perubahan. Perlu tekad yang tidak hanya bulat, tapi juga kuat dan terintegritas satu sama lain. Yah, semoga dengan kontribusi kita, sesederhana apapun itu, bisa memberikan sedikit binar pada gemintang pendidikan anak bangsa.

***

Untuk anak bangsa, pemilik masa depan Indonesia...

ps. berbagai sumber...(tulisan ini diikutsertakan dalam kompetiblog Indonesia Berprestasi menyambut bulan pendidikan)

kunjungi pula rumah hati saya:

http://duniarinaokta.blogspot.com/2010/04/geliat-anak-bangsa-menuju-pendidikan.html

http://mysouldeclaration.wordpress.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun