Mohon tunggu...
Rina Nurhidayati
Rina Nurhidayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Prodi Kesejahteraan Sosial

Menulis Opini dan Artikel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hewan di Sultan Daulat sebagai Early Warning Akan Terjadinya Bencana Banjir

9 Juni 2023   08:47 Diperbarui: 9 Juni 2023   09:00 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Kota Subulussalam, yang terletak di Provinsi Aceh, adalah tempat yang kaya akan budaya dan kearifan lokal. Salah satu aspek menarik dari kearifan lokal di kota ini adalah penggunaan hewan di Sultan Daulat sebagai early warning akan terjadinya bencana banjir. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi betapa pentingnya peran hewan dalam memberikan tanda-tanda awal dan perlindungan masyarakat setempat terhadap ancaman banjir yang sering terjadi di kota ini.

Dalam kearifan lokal di Kota Subulussalam, hewan di Sultan Daulat dianggap memiliki kemampuan alami untuk mendeteksi perubahan cuaca yang dapat mengindikasikan adanya banjir. Salah satu hewan yang paling sering diperhatikan adalah burung pipit. Ketika burung pipit bergerombol dan terbang dengan rendah serta terdengar bersuara dengan frekuensi yang lebih tinggi dari biasanya, masyarakat setempat menganggapnya sebagai pertanda bahwa curah hujan yang tinggi atau banjir sedang mendekat.

Perilaku burung pipit ini menjadi early warning yang sangat dihormati oleh masyarakat setempat. Ketika mereka melihat atau mendengar tanda-tanda ini, mereka segera mengambil langkah-langkah pencegahan. Masyarakat setempat meningkatkan kewaspadaan, memperhatikan perkembangan cuaca, mempersiapkan diri dengan peralatan penyelamatan, dan mengamankan harta benda mereka. Dalam beberapa kasus, tanda-tanda ini juga memberikan petunjuk bagi masyarakat untuk segera mengungsi ke tempat-tempat yang aman sebelum banjir benar-benar melanda.

Penggunaan burung pipit sebagai early warning banjir didasarkan pada pengetahuan turun temurun yang telah dilestarikan dalam masyarakat setempat. Pengetahuan ini diajarkan dari generasi ke generasi, menjadikan pengamatan hewan sebagai bagian penting dari sistem peringatan dini mereka. Pengalaman dan observasi jangka panjang mengenai perilaku hewan di kawasan Sultan Daulat telah memungkinkan masyarakat setempat untuk mengandalkan tanda-tanda ini sebagai indikator awal bencana banjir.

Kota Subulussalam di Aceh adalah contoh bagaimana kearifan lokal dapat digunakan sebagai alat early warning untuk bencana banjir. Melalui pengamatan dan pengetahuan turun temurun tentang perilaku hewan di Sultan Daulat, khususnya burung pipit, masyarakat setempat telah dapat mengidentifikasi tanda-tanda awal yang mengindikasikan potensi banjir. Pengetahuan ini berfungsi sebagai sinyal untuk meningkatkan kewaspadaan dan mempersiapkan diri dan mengambil langkah -- langkah sebelum bencana melanda. Penting untuk memahami betapa berharganya kearifan lokal ini dalam melindungi masyarakat dan meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana banjir. Upaya untuk menghargai dan melestarikan kearifan lokal semacam ini menjadi kunci dalam melindungi masyarakat dan meminimalkan dampak bencana di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun