Mohon tunggu...
Rinana Nanae
Rinana Nanae Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rasulullah SAW :”The Great Idol For Muslim, And The Great Model For Akhlak”

13 April 2015   14:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:09 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sukabumi, 13 April 2015

Bismillahirrahmanirrahim

Dalam Wahy al-Qalam, al-Rafi'i menuturkan, "Seandainya aku diminta untuk merangkum filosopi seluruh Islam dalam dua kata, maka akan kukatakan : kekukuhan akhlak. seandainya filsof terbesar dunia diminta untuk meringkas solusi bagi seluruh umat manusia dalam dua kata, pastilah ia berkata sama : kekukuhan akhlak. Andaipun seluruh ilmuwan eropa berkumpul untuk mempelajari peradaban Eropa, lalu mengutarakan apa yang betul-betul sulit diraih, maka akan berkata 'kekukuhan akhlak'. (Dr. Amr Khaled, 2010)

Masyaallah, betapa pentingnya akhlak dalam kehidupan kita sehari-hari, hingga bisa kita katakan apa yang membedakan kita dengan hewan tak cukup hanya akalnya, tapi yang membedakan kita dengan hewan adalah juga akhlaknya. Kita juga bisa membedakan mana orang yang berpendidikan,dan mana yang tidak berpendidikan dengan melihat akhlaknya. Juga dalam hal keimanan, kita juga bisa menilai apakah seseorang memiliki iman yang baik dilihat dari akhlak dalam dirinya. Akhlak juga dianggap menjadi ‘pemutus’ rantai kejahatan dan kedzaliman di muka bumi ini. Hal ini tentu beralasan dan berkaitan erat dengan hadits nabi berikut ini:

Aku diustus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak” (HR Imam Malik (hadis no. 1723)).

Subhanallah, betapa Allah menyayangi hamba-hambaNya dengan mengirimkan dan mengutus Nabi Muhammad SAW. ke dunia tak hanya sebagai Rahmatan Lil Alamin, tapi juga sebagai ‘Penyempurna Akhlak’ manusia. Betapa Islam sadar akan keutaman akhlak dalam kehidupan kita sehingga akhlak selalu dijadikan tujuan utama dari pelaksanaan ibadah!. Betapa tidak? Mari kita lihat beberapa kutipan haditsdan potongan ayat berikut ini :

Dirikanlah Shalat. Sesungguhnya shalat mencegahmu dari perbuatan keji dan munkar” (Q.S. al-Ankabut: 45)

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka yang dengan zakat tersebut engkau membersihkan dan menyucikan mereka” (Q.S. at-Tawbah: 103)

Atau dalam hadis qudsi ini, Allah berfirman“Aku hanya menerima shalat dari orang yang dengannya ia tawaduk padakeagungan-Ku, tidak menyakiti makhluk-Ku, berhenti bermaksiat kepada-Ku, melewati siangnya dengan dzikir pada-Ku, serta mengasihi orang fakir, orang yang sedang berjuang di jalan-Ku, para janda, dan orang yang ditimpa musibah” (HR al-Zubaidi (3/21) dan (8/352)

Allahuakbar, sungguh akhlak bisa dikatakan lebih diutamakan dalam ibadah. Karena seperti yang kita ketahui dalam beberapa potongan hadits dan ayat diatas bahwa, semua pelaksanaan ibadah memiliki tujuan untuk menyempurnakan akhlak dan menyucikannya. Bayangkan, barangsiapa yang shalatnya tidak dapat mencegahnya dari perbuatan maksiat, keji dan munkar, berarti shalatnya itu hanya melakukan gerakan seperti olahraga. Juga dalam pelaksanaanya, seorang muslim terlebih dahulu harus memiliki akhlak dan perilaku yang baik ketika hendak melaksanakan suatu ibadah agar shalat atau ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Wallahualam..

Tetapi terlepas dari itu semua, seorang muslim hendaklah memiliki akhlakul karimah yang baik sesuai dengan apa yang diajarkan Islam dan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. 14 abad yang lalu. Betapa mulia akhlak Rasulullah SAW. hingga apa yang diperbuat dan dicontohkannya hingga kini masih dijadikan sebagai suri tauladan bagi umat manusia, khususnya umat Islam sendiri. Sebagai umat muslim, kita patut bangga memiliki seorang suri tauladan yang hebat seperi Rasulullah SAW.

Cinta Rasulullah? Teladani akhlaknya!

Jangan berani mengatakan bahwa kita telah mencintai Rasulullah SAW. sebelum kita meneladani akhlak yang telah dicontohkannya. Jangan pula kita berani mengatakan kita sudah mengenal siapa Rasulullah sebelum meneladani akhlaknya. Kawan-kawanku sekalian, apakah kita mencintai rasul kita? Apakah kita juga ingin dicintai kembali oleh Rasulullah? Mari simak hadis berikut ini:

Orang yang paling kucintai dan yang paling dekat denganku di hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. at-Tirmidzi (hadis no. 2018), Ahmad (hadis 2/217))

Rasulullah SAW. Bertanya,” Maukah kalian kuberitahu tentang orang yang paling kucintai?” “Tentu wahai Rasulullah”, jawab mereka. Beliau kembali bertanya,”Maukah kalian kuberitahu tentang orang yang paling kucintai?” “Tentu wahai Rasulullah”, jawab mereka kembali. Lalu beliau menegaskan “Orang yang paling baik akhlaknya” (HR Imam Ahmad (hadis 2/185) dan (hadis 2/217))

Subhanallah, betapa mulia kedudukan orang yang memiliki akhlak yang baik karena ia dicintai oleh Rasulullah SAW. Tentu kita tidak ingin bukan, jika diakhirat nanti kedudukan kita jauh dengan Rasulullah SAW. Maka dari itu, mari kita memperbaiki akhlak kita agar kita dicintai oleh Rasulullah SAW. Karena satu hal yang harus kita ingat, di akhirat nanti siapa yang lebih membutuhkan safa’at? Kita atau Rasulullah? Maka mulai saat ini, mari kita mulai mencintai Rasulullah dengan meneladani akhlaknya.

Ayo, teladani akhlak Rasulullah!

Meneladani akhlak Rasulullah SAW. dan menjadikannya sebagai panutan merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim. Jelas, sebagai seorang muslim kita harus mengikuti apa yang dilakukan dan dikatakan oleh Rasul kita. Dalam hal ini, seorang muslim diwajibkan memiliki akhlakul karimah yang baik sebagai implementasi dari keimanannya dan serangkaian ibadah yang telah dilakukannya. Karena jika tidak, bisa jadi ibadah yang kita lakukan selama ini hanya sekedar rentetan ‘ritual’ atau ‘rutinitas’ dalam kehidupan sehari-hari, Naudzubillah. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim kita harus senantiasa memperbaiki akhlak kita dan berusaha meneladani akhlak Rasululllah SAW. Karena sungguh, Allah telah menjadikan Rasul kita sebagai panutan yang layak bagi kita umat Islam hingga akhir zaman. Seperti yang Allah firmankan dalam surah al-Ahzab ayat 21:

Sungguh pada diri Rasulullah terdapat teladan yang baik bagi kalian” (Q.S. al-Ahzab: 21)

Maka, jelaslah siapa tokoh atau idola yang patut kita teladani dan dinomor satukan ketimbang figur-figur duniawi lainnya. Bagi Anda yang belum banyak mengenal Rasulullah, hendaklah mulai mengenali beliau terlebih dahulu sebelum mulai mengikuti keteladanannya.

Rasulullah dan beberapa akhlaknya yang patut kita contoh

Sungguh, Rasulullah SAW. memiliki akhlakul karimah yang patut kita contoh. Banyak sekali sifat-sifat Rasulullah SAW. yang harus kita teladani dan kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tak hanya sifat Rasul yang empat (siddiq, amanah, fathanah, tabligh), namun ia juga memiliki sifat-sifat lainnya yang sangat mengagumkan dan sangan dicari di abad ke-21 ini. Salah satu sifatnya yang paling mengagumkan adalah sifat ‘Malu’.

Menurut Dr. Amr Khaled dalam bukunya yang berjudul Buku Pintar Akhlak, ia mengatakan bahwa, malu merupakan suatu akhlak yang penting. Namun kini malu merupakan hal asing bagi kita. Tatkala malu sudah dicabut dari hati, maka lambat laun masyarakat akan menjadi rusak. Malu terkait erat dengan Iman. Ketika Iman bertambah, maka rasa malu-pun akan bertambah, begitu pula sebaliknya.

Malu dalam hal ini memiliki artian sebagi kondisi terkendalinya jiwa. Mungkin kita sering melihat ada orang yang minder dalam melakukan sesuatu, tidak! jangan samakan dengan orang yang minder. Minder dan malu jelas merupakan dua hal yang berbeda. Minder merupakan suatu cerminan ketidakpercayaan diri terhadap kemampuan sendiri, sedangkan malu merupakan cerminan dari sebuah perasaan yang memuliakan jiwa dari segala kerendahan dan kehinaan. Dalam hal ini, sifat malu yang dicontohkan kepada kita adalah malu jika berbuat maksiat, malu jika lalai, malu jika tidak bisa berbuat hal yang bermanfaat, dan lain sebagainya. Bahkan dalam satu riwayat hadis, Rasulullah SAW. lebih pemalu daripada seorang gadis yang sedang dipinggit. Masyaallah, sudah seperti itukah rasa malu kita?

Dalam hadis lain, Nabi Muhammad juga bersabda “ Apabila Allah hendak membinasakan seorang hamba, Dia mencabut rasa malu darinya. Apabila rasa malu itu dicabut,engkau akan melihatnya dan dibenci dan dijauhi manusia. Apabila kaulihat ia dibenci dan dijauhi, dicabutlah sikap amanah darinya. Apabila sikap amanah itu sudah dicabut, kaulihat ia menjadi pengkhianat. Apabila ia khianat dan dianggap sebagai pegkhianat, dicabutlah sifat kasih sayang darinya. Apabila sifat kasih sayang itu sudah tercabut, kaulihat ia menjadi orang yang jahat dan terlaknat. Apabila ia jahat dan terlaknat, maka dicabutlah ikatan Islam darinya” (HR Ibn Majah (hadis no. 4054)

Allahuakbar, sungguh semua ini berpangkal dari rasa malu yang telah pudar dan telah lama hilag dari masyarakat kita. Seseorang yang berbuat jahat diawali dari hilangnya rasa malu, seseorang yang berbuat maksiat juga diawali dari hilangnya rasa malu, juga seseorang yang berbuat dzalim juga diawali dengan hilangnya rasa malu.

Subhanallah, betapa kita harus banyak bersyukur kepada Allah karena telah mengutus Rasul dan Nabi Muhammad SAW. kepada kita sebagai Rahmatan lil ‘alamin dan sebagai penyempurna akhlak umat manusia hingga akhir zaman. Sungguh,tak ada alasan lagi untuk kita untuk tidak menjadikan Rasulullah SAW. sebagai uswatun hasanah atau teladan yang baik bagi kita. Mari, kita kenali, cintai, dan mulai meneladani Rasul kebanggan kita. Karena satu hal yang perlu kita ketahui, ketika kita mencintai seseorang, maka kita akan bersama dengan seseorang yang kita cintai. Terakhir, simaklah cerita berikut ini:

Sepanjang hari Nabi saw. menghilang dari hadapan Tsauban, pelayannya. Ketika beliau datang, Tsauban berkata,: “Wahai Rasulullah, engkau telah meninggalkanku” Kemudian ia menangis. Melihat hal itu, Nabi SAW. bertanya, “Apakah ini yang membuatmu menagis?” tidak” jawab tsauban. “Aku hanya teringat pada tempatmu di surga dan tempatku. Aku merasa kesepian” maka Nabi SAW berkata padanya, “Wahai Tsauban, setiap orang akan dikumpulkan bersama orang dicintainya”.

Wallahua’lam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun