Hari ini aku berada di kampung halaman, karena masa liburan sekolah. Aku menghabiskan waktu dengan anak-anak dengan bermain dan menonton TV. Pada hari ini, kebetulan ponakanku juga dititipkan di rumah, karena orang tuanya ada keperluan. Jadi sekarang ada 5 anak yang harus ku layani selama liburan. Aku tak merasa keberatan, karena memang sudah terbiasa menjalani lakon sebagai ibu rumah tangga setelah pulang sekolah.Â
Tak ada sedikitpun yang membuat aku takut menjaga anak-anak dengan usia bervariasi dari 3 sd 12 tahun. Namun kejadian hari ini membuat saya trauma untuk tak lagi lengah dalam memperhatikan anak-anak. Peristiwa ini terjadi sekitar jam 10 siang. Hana, nama keponakan perempuanku itu, tak ku temukan di setiap ruang dan sudut rumah, usianya baru 3 tahun. semua penjuru rumah dari luar sampai kedalam sudah ku cari dibantu oleh anak sulung perempuanku. Hana tak ada........
Jantungku berdegup kencang, keringat dingin mulai mengucur dikeningku. Aku mulai panik, walaupun sudah ku coba menepisnya, namun aku tak tau harus berbuat apa. Aku berdua dengan anakku mencoba menyusuri jalan disepanjang jalan menuju rumah kami, berharap Hana bermain di rumah-rumah warga. Namun setelah 5 menit berjalan dan bertanya, usaha kami sia-sia.Â
Kemudian kami meminjam motor tetangga untuk menyusuri jalan lebih jauh lagi.Â
Perasaanku tak menentu, aku tak berani memberi tau ayah dan ibunya. Aku tak tau apa yang harus ku katakan.Â
Saat itu aku kebelakang membuat susu untuk anak bungsuku yang seumuran dengan Hana, sementara Hana bermain diteras rumah, sendiri. Entah apa yang terjadi, Hana tak lagi kami temukan.Â
Jalan raya sudah kami susuri sekitar 30 menit, berputar-putar, masuk dan keluar perkampungan. Namun usaha kami sia-sia, walaupun setiap orang yang kami temui, kami tanyakan tentang anak kecil usia 3 tahun, namun tak satupun yang melihatnya. Aku coba hubungi ayah Hana, namun HPnya tidak aktif. Aku bertambah cemas, berbagai perasan berkecamuk dalam benakku. Terlintas kejadian-kejadian yang tak diharapkan seperti tontonan berita yang baru saja aku saksikan pagi itu. Aku sangat panik.Â
Beberapa panggilan tanpa nama di HPku sudah takku acuhkan lagi.Â
Aku terus memacu motor dan bertanya pada setiap orang. Sudah hampir 1 jam kami berkeliling mencari Hana. Aku hampir putus asa, ingin rasanya aku menangis, berteriak - teriak memanggil Hana. Tapi aku masih menahannya. Aku berhenti dan menepi dijalanan. Kepalaku terasa berat, keringat dingin terus mengucur di badanku. Aku sudah tak tau lagi harus berbuat apa.Â
Seketika HPku berbunyi, ternyata panggilan masuk dari ibu Hana, Aku belum mengangkatnya, memikirkan apa yang harus ku katakan. Setelah panggilan kedua, baru aku beranikan diri untuk mengangkatnya. Dengan nada berat aku langsung mengatakan bahwa Hana tidak bertemu dari 1 jam yang lalu, air mataku sudah mau tumpah, saat mengatakan itu.Â
Tapi diseberang sana ku dengan Ibu Hana mengatakan, Hana sudah sampai di rumahnya, di bawa oleh tetangga karena bertemu sedang bermain sendirian di jalan raya. Ya Allah, rasanya kembali nyawa ini. Dalam hati aku bersyukur, Hana sudah sampai dirumahnya, walaupun aku harus berpatroli selama lebih kurang 1 jam untuk menemukan Hana.Â