Mohon tunggu...
Rinaldi Syahputra Rambe
Rinaldi Syahputra Rambe Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan Perpustakaan Bank Indonesia Sibolga

Anak desa, suka membaca, menulis dan berkebun. Penulis buku "Etnis Angkola Mandailing : Mengintegrasikan Nilai-nilai Kearifan Lokal dan Realitas Masa Kini". Penerima penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaloka 2023 dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menanti Keseriusan Peningkatan Literasi

7 November 2023   11:16 Diperbarui: 9 November 2023   00:45 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kegiatan literasi (Sumber: pixabay.com Via Kompas.com)

Mirisnya, masih ada pula sekolah yang tidak memiliki buku sama sekali. Dalam mengatasi persoalan ini, kadang kala guru yang bersangkutan menyarankan untuk memfotocopy buku, ada pula yang menyarankan untuk dituliskan di papan tulis dan disalin ke dalam buku tulis masing-masing.

Selain itu, alokasi anggaran terhadap pengembangan perpustakaan dan sarana pendukung juga sangat minim. Padahal, ketersediaan fasilitas pendukung literasi juga merupakan representasi kualitas pendidikan dan pembelajaran.

Di sisi lain, profesi pustakawan juga masih dianggap marjinal dan kurang menarik. Sebagian besar pegawai yang mengisi posisi tersebut seringkali merasa tidak dihargai.

Kondisi inilah yang menyebabkan minimnya kualitas layanan di perpustakaan. Sebab, perpustakaan dikelola oleh orang-orang yang tidak tepat, tidak memiliki ketertarikan alias terpaksa, bahkan dalam kondisi tertentu dianggap sebagai hukuman.

Peningkatan kompetensi pustakawan merupakan faktor yang tidak boleh diabaikan. Karena pustakawan profesional memiliki peran yang sangat dominan dalam pengelolaan perpustakaan.

Dalam konteks ini, sangat penting untuk adanya komitmen serius dalam meningkatkan literasi, terutama dari pemerintah dan lembaga terkait. Meskipun, seharusnya peningkatan literasi menjadi tanggung jawab bersama seluruh lapisan masyarakat.

Keseriusan peningkatan harus dilakukan dalam semua sektor terkait. Misalnya, sektor pendidikan yang semestinya sudah melengkapi fasilitas pendukung literasi yang mumpuni. Alokasi anggaran untuk peningkatan literasi harus dilakukan dengan serius.

Begitu juga dengan perpustakaan harus terus diperhatikan dengan serius. Bukan hanya sekedar ada, atau hanya melengkapi. Namun, harus mendapatkan perhatian yang serius mengingat perannya yang sentral untuk meningkatkan literasi.

Perpustakaan dapat menjadi tempat belajar bagi siapa saja, sifatnya terbuka dan bebas akses berbeda dengan instansi pendidikan yang tidak bisa diikuti sembarangan orang. Karenanya, perpustakaan harus terus didorong untuk terlibat dalam peningkatan literasi bagi masyarakat secara keseluruhan.

Peningkatan literasi harus dilakukan dengan pendekatan yang serius dan terarah agar literasi masyarakat Indonesia dapat tumbuh dan berkembang. Perlu kesepahaman dan cita-cita yang sama. Makanan merupakan kebutuhan primer bagi tubuh dan fasilitas literasi merupakan kebutuhan primer bagi otak. Jangan biarkan anak bangsa menanti dengan penantian panjang yang tidak ada kepastian. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun