Salah satu tradisi yang yang masih dilakukan dalam merayakan kemerdekaan Indonesia adalah panjat pinang. Dalam permainan ini, peserta berusaha memanjat pohon pinang yang telah dilumuri bahan pelicin seperti oli dan gemuk.
Tak hanya itu, permainan ini juga bisa diikuti oleh beberapa regu, di mana setiap regu terdiri dari beberapa orang. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mencapai puncak pohon pinang dan mengambil hadiah yang tergantung di sana.
Dengan bersama-sama, setiap regu berusaha untuk mencapai puncak pohon pinang demi mendapatkan hadiah yang ditawarkan.
Namun, dibalik permainan ini terdapat fakta pilu dan menyedihkan yang jarang orang ketahui.
Dalam tulisan ini, saya mencoba membagikan fakta-fakta terkait tradisi panjat pinang. Saya memandang fakta yang terkandung dalam tradisi panjat pinang sangat penting untuk disampaikan kepada orang-orang terutama kepada generasi muda sebagai bahan pelajaran. Jangan sampai dianggap seperti angin lalu, hanya ikut merayakan namun tidak mengerti sejarah dan filosofi yang terkandung di dalamnya.
Panjat Pinang Merupakan Warisan Kolonial Belanda
Panjat pinang merupakan warisan dari kolonial belanda mereka menyebut permainan ini dengan nama “de Klimmast” yang berarti memanjat tiang.
Panjat pinang merupakan permainan yang dilakukan untuk merayakan hari-hari besar pada zaman belanda. Misalnya acara pesta pernikahan, ulang tahun tokoh penting, dan perayaan lainnya.
Perayaan Hari Ulang Tahun Ratu Belanda
Setiap tanggal 31 Agustus akan diadakan festival perayaan kelahiran ratu belanda Wihelmina. Perayaan ini dilakukan dengan menampilkan berbagai permainan di Belanda dan belahan dunia lain yang menjadi koloni mereka.