"Budaya suatu bangsa bersemayam di hati dan jiwa masyarakatnya."Â - Mahatma Gandhi
Setiap bangsa memiliki karakter dan budaya yang berbeda-beda. Budaya salah satu pondasi yang mampu engokohkan masyarakat. Dalam konteks Indonesia kita akan temukan beragam tradisi dan budaya yang tersebar dari sabang sampai merauke. Setiap suku memiliki tradisi dan budaya masing-masing. Memiliki ciri khas dan nilai yang arif bijaksana. Salah satu budaya yang ada dari sekian banyak budaya dan tradisi lainnya adalah budaya marsialapari.
Budaya marsialapari berasal dari suku mandailing yang berada di Sumatera Utara meliputi kabupaten Tapanuli Selatan, Kota Padang Sidempuan, kabupaten Mandailing Natal, kabupaten Padang Lawas, dan kabupaten Padang Lawas Utara.
Kata marsialapari berasal dari dua kata yaitu alap dan ari. Dalam bahasa mandailing alap berarti menjemput, sedangkan ari berarti hari. Kata ini kemudian digabungkan dengan kata mar yang berarti saling atau adanya hubungan timbal balik dalam pelaksaannya. Sistemnya seperti tradisi gotong-royong.
Tradisi lokal marsialapari juga dapat diartikan kegiatan gotong royong yang dilakukan dalam beberapa pekerjaan, meskipun paling umum ditemukan pada pekerjaan yang berhubungan dengan pertanian.
Dalam tradisi marsialapari masyarakat akan membantu saudaranya secara suka rela satu sama lain secara bergantian. Misalnya dalam proses manyuan eme (menanam padi) masyarakat akan datang secara bersama-sama untuk menam padi secara bersama. Proses ini akan terus bergantian dari satu petani ke petani lainnya. Tidak perlu khawatir terhadap giliran masing-masing, sesama anggota sudah saling percaya dan saling sadar akan kewajiban masing-masing. Selain itu jumlah hari yang dibantu akan dibalas dengan sesuai di waktu yang akan datang. Misalnya petani A membantu petani B satu hari, maka petani B akan mengganti dengan membantu pekerjaan petani A satu hari pada hari yang lain.
Selain dalam proses manyuan eme (menanam padi) tradisi marsialapari juga biasa dilakukan dalam proses manyabi (memanen padi). Kegiatan marsialapari juga biasa dilakukan di pekerjaan lainnya seperti mangarabi (membersihkan lahan), marbabo (menyiangi rumput pada tanaman), dan kegiatan lainnya.
Tradisi marsialapari merupakan cerminan masyarakat mandailing yang memiliki nilai holong (kasih sayang), domu (persatuan), yang diikat dalam sistem persaudaraan dalihan natolu (tiga pilar ) kahanggi, mora, dan anak boru (kahanggi : saudara dari ayah atau semarga, mora : keluarga dari ibu atau istri, anak boru : anggota keluarga perempuan dari pihak ayah atau adik perempuan).
Tiga pilar ini akan saling manjaga hubungan baik dan saling tolong menolong. Tradisi marsialapari merupakan salah satu implementasi nilai tolong menolong yang digagas oleh leluhur suku mandailing.
Tradisi marsialapari perlu dipertahankan dan dijaga agar terus mengikat nilai persatuan, persaudaraan dan tolong menolong satu sama lain.