Matanya melayang-layang, pikirannya terbang melayang bak layang-layang yang dihembus angin. Malam itu ia mulai merubah, merubah haluan cintanya. Ia mulai melupakan cinta pertamanya di sekolah dan mulai melirik perempuan anggun yang ia kenal ketika bergabung di organisasi remaja masjid.
Entahlah ia sedikit gugup menghadapi situasi seperti ini. Ia merasa berat untuk melepas begitu saja cinta pertamanya, ia merasa belum mencurahkan setiap isi hatinya kepada perempuan yang ia kenal ketika masa ospek di sekolah dulu.
Perjalanan selama dua tahun di sekolahnya, dengan prestasi yang cukup mentereng tak sejalan dengan kisah cintanya yang penuh dengan lika-liku layaknya sirkuit di Jerman yang membuat pebalap Formula One, Niki Lauda terjatuh hingga sebagian kepalanya harus dioperasi pada tahun 1970.
Tengah malam yang sunyi itu, ia merenung, matanya memandang jauh gelapnya malam. Hingga membuat Bulan penasaran dengan tingkah aneh sang Pemuda itu.
“Ada apa denganmu, anak muda? Sedari tadi, kau tak henti termenung menatap langit malam yang hitam ini. Apakah hatimu sedang menghitam layaknya malam ini?”, tanya bulan ingin tahu.
Sambil tersenyum malu, sang pemuda mencoba menutupi perasaannya, mencoba untuk merahasiakan keadaan hatinya. Namun sayang, bulan terlanjur tahu isi hati Sang Pemuda.
“Aku tahu, kau sedang dirundung kegalauan yang membuatmu harus melepaskan cinta pertamamu di sekolah. Hmm, percayalah Nak, bahwa Semesta tidak menciptakanku karena aku yang sempurna, tapi karena aku siap mengemban tanggung jawab untuk menerangi gelapnya malam di muka bumi.
Semesta tidak memberikan tugas menerangi malam kepada Venus, karena ukurannya terlalu kecil. Ia tidak memberikan tugas itu kepada Pluto karena jaraknya terlalu jauh, ataupun kepada Saturnus, karena cincinnya tak bisa memantulkan cahaya.
Begitu pula pada kisahmu. Semesta tidak menjatuhkan cinta pertamamu: di sekolah; sebagai bagian dari hidupmu karena Ia tahu engkau mungkin tidak siap untuk bersanding dengannya atau mungkin sebaliknya. Namun ingatlah, Semesta itu tak pernah tidur, Nak, hanya saja kita yang terlalu banyak tertidur.
Yakinilah, bahwa cinta yang lebih baik sedang menunggumu di depan. Jemput dia dengan prestasi dan capaian-capaian yang telah kau raih. Tentukan visi dan misi dan buktikanlah, agar perempuan tambatan hatimu siap dan ikhlas untuk bersanding denganmu sepanjang hayat.
Sekarang tidurlah dan mantapkanlah hatimu untuk memilih perempuan anggun yang sedang menunggu capaian-capaianmu selanjutnya, because you are worth it!”, ujar Bulan untuk menghibur hati sang Pemuda.