Memang terasa janggal ketika becanda untuk soal---soal yg bikin hati berdarah.Kemarin,masih seperti pagi---pagi sebelumnya.Saya pergi ke burjo untuk minum secangkir kopi sembari mendengar ocehan rakyat tentang kegiatan yg akan dilakukannya.Segala macam bentuk emosi selalu saya rasakan ketika melihat antusiasme rakyat untuk saling berbagi ocehan diantara mereka.Tentu,saya juga tak ingin ketinggalan untuk membagi ocehan saya.Seperti biasa orang yg paling setia mendengar itu adalah si empunya burjo.Biasanya sebelum saya membagi ocehan tersebut. Saya terbiasa untuk melontarkan pertanyaan---pertanyaan seputar isu yg sedang hangat di media massa.
" Mas, gimana masih mau bayar pajak?",tanya saya.Biasanya ketika sudah saya pancing dengan satu pertanyaan---ia langsung akan memberikan penjelasan panjang kali lebar untuk satu pertanyaan dari saya.Tetapi kali ini responnya berbeda dari yg saya duga.Ia merespon pertanyaan saya dengan tertawa kecil sembari menghela nafas panjang.Melihat respon tersebut saya pun tidak melanjutkan untuk bertanya lebih lanjut tentang apa maksud respon yg ia berikan. Saya memutuskan untuk mengganti topik pembicaraan.
Topik pembicaraan saya arahkan ke hal---hal yang ringan dan membuat sesama kita saling tertawa.Namun,tetap saja dari peristiwa itu saya  merasakan bahwa kita sebagai rakyat sudah sampai pada fase dimana "sakit tapi tidak merasa sakit." Saya tau bahwa saya sakit tetapi saya memaksakan alam bawah sadar saya untuk mengatakan tidak sakit.Dari keadaan ini kemudian kita memakluminya dan pada akhirnya merasa sunyi ditengah hingar---bingar ocehan politisi tentang negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H